Pages

Selasa, 11 Juni 2013

TARBIYAH RUHIYAH


TUJUAN
·
Peserta memahami hakikat taqwa dan balasan bagi orang-orang yang bertaqwa

·
Peserta mengetahui jalan mencapai sifat taqwa

RINCIAN BAHASAN
Hakikat Taqwa
Ungkapan para sahabat dan ulama:
·
Taqwa : merupakan konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh yang dipupuk dengan muraqabatullah, merasa takut terhadap murka dan azab-Nya dan selalu berharap atas limpahan karunia dan maghfiroh-Nya.

·
Taqwa : Hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan-Nya dan tidak kehilangan kamu di dalam perintah-perintah-Nya.

·
Taqwa : Mencegah diri dari azab Allah dengan berbuat amal sholeh dan takut kepada-Nya di kala sepi ataupun terang-terangan.

·
Taqwa : Hendaklah kamu berbuat taat kepada Allah, berada di atas cahaya-Nya dan takut kepada siksa-Nya (Ibnu Mas’ud)


Balasan bagi orang-orang bertaqwa
·
Diberikan furqon dan diampuni dosanya (QS.8:29)

·
Diberikan rahmat dan cahaya hidayah dari Allah (QS.57:28)

·
Diberikan jalan keluar dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS.65:2-3)

·
Dimudahkan oleh Allah segala urusan (QS.65:4)

·
Ditutupi kesalahan-kesalahan dan dilipatgandakan pahala baginya oleh Allah (QS.65:5)

·
Mendapatkan berkah dari Allah (QS.7:96)


Jalan menuju taqwa
1.
Mu’ahadah (mengingat perjanjian) QS.16:9


Caranya : Hendaklah seorang mu’min berkholwat (menyendiri) untuk menginstropeksi diri. Hanya antara dia dengan Allah. Ingatlah bahwa setiap hari kita berjanji dengan Allah minimal 17x dalam sholat. “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”.


2.
Muraqabatullah (merasakan kesertaan Allah) QS.26:218-219)


Makna : merasakan keagungan Allah di setiap waktu dan keadaan serta merasakan kebersamaan-Nya di kala sepi ataupun ramai.

Cara : Sebelum memulai suatu pekerjaan dan disaat mengerjakannya, hendaklah seorang mu’min memeriksa dirinya: Apakah setiap gerak dalam melaksanakan amal dan ketaatannya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi dan mencari popularitas atau karena dorongan ridho Allah dan menghendaki pahala-Nya?

Macam-macam muraqabatullah :


·
Muraqabatullah dalam melaksanakan keta’atan : ikhlas

·
Muraqabatullah dalam kemaksiatan : taubat, penyesalan dan meninggalkannya

·
Muraqabatullah dalam hal yang mubah : menjaga adab-adab terhadap Allah dan bersyukur atas nikmat-Nya

·
Muraqabatullah dalam musibah : ridho kepada ketentuan Allah serta memohon pertolongan-Nya dengan penuh kesabaran


3.
Muhasabah (instropeksi diri) QS.59:18


Cara : Hendaklah seorang mu’min menghisab dirinya ketika selesai melakukan amal perbuatan: Apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan ridho Allah? Atau apakah amalnya dirembesi sifat riya’? Apakah ia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia?


4.
Mu’aqobah (Pemberian Sanksi) QS.2:179


Tujuan : Jika seorang mu’min berbuat kesalahan maka tak pantas untuk membiarkannya, sebab akan mempermudah terlanggarnyakesalahan yang lain dan akan sulit meninggalkannya. Karena jika seseorang melakukan maksiat biasanya akan diikuti dengan maksiat yang lain

Perkataan Ibnul Qoyyim Al Jauziyah : Pada dasarnya manusia yang sudah terperangkap dalam kemaksiatan akan merasa sulit untuk keluar dan melepaskan diri darinya sebagaimana diucapkan oleh ulama salaf:

“Diantara dampak negatif maksiat adalah menimbulkan maksiat yang lain. Sedangkan pengaruh kebaikan adalah mendatangkan kebaikan berikutnya. Maka jika seorang hamba melakukan suatu kebaikan, kebaikan yang lainnya akan meminta untuk dilakukan, begitu seterusnya hingga hamba tersebut memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dan kebaikan yang tiada sedikit Begitu pula halnya dengan kemaksiatan. Dengan demikian, ketaatan dan kemaksiatan merupakan sifat yang kokoh dan kuat serta menjadi kebiasaan yang yang teguh pada diri si pelaku”.

Syarat : sanksi ini harus dengan sesuatu yang mubah, tidak boleh dengan yang haram atau mencelakakan (QS.2:195;4:29)


5.
Mujahadah (optimalisasi) QS.29:69


Caranya : Apabila seorang mu’min terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia, dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya; maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya.


Hal-hal yang harus diperhatikan :
·
Hendaklah amal-amal yang sunnah tidak membuatnya lupa akan kewajiban yang lainya

·
Tidak memaksakan diri dengan amal-amal sunnah yang di luar kemampuannya.

0 komentar:

Posting Komentar