Pages

Sabtu, 04 Januari 2014

RABBANIYATUD DAKWAH


Sasaran :
• Memahami unsur-unsur rabbaniyah dakwah dan mampu menyebutkan contoh-contoh realisasinya.
• Memahami peranan rabbaniyah dakwah dalam meninggikan kalimatullah melalui jamaah yang solid.
• Termotivasi untuk senantiasa terlibat dalam lingkaran dakwah yang rabbani

Ringkasan
Rabbaniyatud dakwah adalah dakwah yang merujuk kepada Rabb (Allah SWT). Beberapa ciri dakwah robbani adalah rabbani dari segi risalah (pesan yang dibawa), rijal (pelaku dakwah), dan jamaah (tandzim). Rabbaniyatur risalah adalah dakwah dengan pesan yang dibawa semuanya berdasarkan Islam yang bertujuan untuk meninggikan kalimatullah. Diantara penekanan di dalam rabbaniyatur risalah adalah rabbaniyatul mabda’, rabbaniyatul minhaj, rabbaniyatul khuthuwat, rabbaniyatul ghoyah, rabbaniyatul thariqah.
Risalah atau message yang disampaikan akan baik apabila pesan tersebut juga mempunyai ciri yang robbani. Dengan demikian juga diperlukan rabbaniyatur rijal. Beberapa ciri-ciri rabbaniyatur rijal adalah pribadi yang mengajarkan kitab, mempelajari kitab, tidak merasa lemah semangat, tidak lemah tenaga dan mau tunduk.
Melengkapi penyampaian risalah oleh pribadi da’i adalah dengan jamaah. Tanpa jamaah maka rijal tidak dapat berperan secara efektif dan juga pesan tidak sampai kepada mad’u. Beberapa ciri jamaah yang robbani adalah rabbaniyatul qiyadah, rabbaniyatul jundiyah, dan rabbaniyatul ukhuwah. Dengan jamaah yang demikian akan memunculkan jamaah yang kuat (jamaah matinah).

Hasiyah
1. Rabbaniyatud dakwah
Syarah
• Dakwah dijalankan hingga mendapatkan hasil harus memenuhi persyaratan rabbani. Dakwah Islam yang rabbani adalah dakwah yang dibawa oleh Nabi SAW. Maksud dakwah rabbani adalah dakwah yang tujuan, aktivitas, program, dan minhaj mengikuti arahan Al Qur’an dan Sunnah. Dakwah rabbani membawa Islam itu sendiri sebagai warna dakwah dan tujuan dakwah. Beberapa ciri dakwah yang rabbani adalah risalah yang disampaikan harus mengikuti Islam, kemudian jamaah yang mengendalikan dakwah harus mengikuti kaidah-kaidah Islam.

2. Rabbaniyatur risalah
Syarah
• Rabbaniyatur risalah terdiri dari tiga bagian yaitu rabbani dari segi mabda’, minhaj, dan ghoyah.
• Rabbaniyatul mabda’ (prinsip) ini juga merupakan rabbaniyatul mashdar (sumber). Prinsip-prinsip Islam yang disampaikan di dalam dakwah adalah sumber rujukan dan panduan. Aqidah Islamiyah adalah prinsip di dalam Islam, begitu pun syahadatain dan keimanan. Prinsip ini dijadikan sumber rujukan bertingkah laku dan bergerak. Dakwah yang rabbani perlu sekali mempertimbangkan masalah prinsip yang asas disampaikan kepada manusia.
• Selain masalah risalah yang berisi prinsip dan kemudian dijadikan sumber, dan juga di dalam minhaj yang digunakan oleh dakwah harus bersifat rabbani. Rabbaniyatul minhaj dijadikan sebagai khuthuwat sehingga dapat disebut sebagai rabbaiyatul khuthuwat. Minhaj mengatur langkah dan gerak dakwah, dengan minhaj pula langkah dakwah dapat terarah dan mencapai sesuatu yang jelas dan dikehendaki oleh harakah. Dengan ghoyah yang rabbani maka dapat dijadikan rabbaniyatut thariqah. Ghoyah rabbani adalah ilallah, mencari ridha Allah, dan kemudian menegakkan syariat. Tidak ada tujuan lain selain Allah, kecuali mereka yang tidak jelas tujuan yang akan dicapainya. Ghoyah kepada hawa nafsu adalah kejahiliyahan yang sesat.
• Risalah yang rabbani ini bertujuan li I’la likalimatillah, meninggikan kalimat Allah bertujuan menyeru dan menjelaskan risalah yang Allah miliki kepada manusia. Melalui ghayah yang rabbani, minhaj dan mabda’ Islam ini akan mewujudkan kalimat Allah di muka bumi.

3. Rabbaniyatur rijal
Syarah
• Beberapa ciri rabbaniyatur rijal adalah mengajarkan kitab, mempelajari kitab, dan tidak merasa lemah semangat, tidak lemah tenaga, dan tidak mau menyerah begitu saja. Risalah yang disampaikan tidak akan mungkin diterima dan diamalkan dengan baik apabila rijal yang membawa pesan tersebut tidak menggambarkan ciri-ciri rabbani. Pelaku dakwah yang tidak mempelajari kitab dan tidak mengejarkan kitab tidaklah mungkin dapat dijadikan uswah dan juga tidaklah mungkin dapat mengembangkan dakwah. Keberhasilan dakwah dapat dipengaruhi oleh ciri pribadi rijal pembawa dakwah ini. Pesan yang disampaikan haruslah bernilai dan berkesan. Kalam yang terkesan tentunya keluar dari rijal yang senantiasa mempelajari kitab dan mendalaminya.
• Ciri rijal yang membawa dakwah adalah tidak merasa lemah semangat, tidak lemah tenaga, dan tidak mau menyerah. Di dalam operasional dakwah, pribadi dakwah harus mempunyai ketabahan, kesabaran, dan ketahanan. Tanpa ciri ini maka sulit bagi pribadi tersebut menjalankan dakwah dengan baik. Dakwah ini penuh dengan tantangan dan cobaan yang menghendaki pelaku dakwah siap menerima dan menghadapi segala ujian dan cobaan dengan tenang dan dapat menyelesaikan segala permasalahan dengan baik. Dakwah yang berhasil menghendaki pribadi dakwah yang tidak sedih, tidak mengalah, dan tidak berduka cita.

Dalil
• Al Qur’an Surat Ali Imron 3:79 ;
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
• Al Qur’an Surat Ali Imron 3:146 ;
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.

4. Rabbaniyatul jamaah
Syarah
• Rabbaniyatud dakwah selain dilengkapi dengan rabbaniyatur risalah dan rabbaniyatur rijal juga dilengkapi dengan rabbaniyatul jamaah. Rabbaniyatul jamaah mempunyai beberapa komponen yaitu qiyadah, jundiyah, dan ukhuwah. Jamaah yang rabbani harus memiliki qiyadah yang mukhlishoh, jundiyah muthi’ah, dan diikat dengan ukhuwah Islamiyah.
• Rabbaniyatul qiyadah bermaksud qiyadah yang mempunyai ciri-ciri Al Qur’an dan Sunnah. Qiyadah muslimah memiliki ciri-ciri amanah, jujur, sidiq, dan tabligh. Ciri rabbani yang ada pada qiyadah juga termasuk moral dan fisik seperti tidak lemah semangat, tidak lemah fisik, tidak bersedih dan tidak penakut. Ciri-ciri yang dikehendaki Islam kepada muslim dan qiyadah didapati pada qiyadah rabbaniyah.
• Beriringan dengan qiyadah yang rabbaniyah maka dakwah akan dapat dilaksanakan secara berkesan apabila diikuti dengan jundiyah yang rabbani. Rabbaniyatul jundiyah adalah jundi yang taat menerima arahan, memiliki akhlak Islam dan berkepribadian menarik. Jundiyah selain dapat beramal jama’I dengan sesamanya juga dapat berhubungan qiyadahnya dalam mencapai sasaran. Tashawur Islam dan jamaah serta dakwah dimiliki oleh jundi rabbani. Kemampuan jundiyah dan kesadaran Islamiyah yang ada pada diri jundiyah sangat membantu tegaknya dakwah rabbani. Pengikut setia merupakan aset dakwah utama di dalam menegakkan dakwah Islam.
• Hubungan yang terjadi di dalam jamaah adalah hubungan dengan suasana ukhuwah Islamiyah. Rabbaniyatul ukhuwah berarti ukhuwah yang berorientasikan kepada keislaman dengan ukhuwah maka akan muncul kelancaran program dan aktivitas dakwah. Ukhuwah Islamiyah di kalangan pelaku dakwah dapat membantu segala macam permasalahan dan mempercepat proses dakwah.
• Jamaah matinah akan terwujud apabila di dalam jamaah tersebut mempunyai komponen rabbaniyatul qiyadah, jundiyah dan ukhuwah. Salah satu diantara komponen tersebut hilang, maka jamaah akan lemah dan tidak mempunyai kekuatan sehingga mudah dikalahkan musuh. Rabbaniyatul jamaah menghasilkan kekuatan jamaah juga ditentukan oleh rabbaniyatur rijal.

KARAKTERISTIK DAKWAH (KHOSOIS AD DAKWAH)


Sasaran :
·Memahami bahwa dakwah Islam memililki karakter yang khas dan istimewa dan mampu menyebutkan contoh-contohnya.
·Menyadari kewajiban untuk mengaplikasikan berbagai ciri dalam aktivitas dakwahnya.
·Menyadari bahwa semua ciri dakwah Islam hanya dapat diwujudkan melalui hizbullah.

Ringkasan :
            Dakwah Islam memiliki beberapa karakter yang menggambarkan bagaimana Islam sebenarnya. Dakwah Islam adalah dakwah yang juga mempunyai karakter dan sifat-sifat Islam itu sendiri. Dengan memahami karakter ini maka kita mendapatkan suatu pemahaman yang jelas tentang dakwah. Kesadaran akan dakwah pun muncul sehingga kita dapat mengembangkan dan memelihara dakwah ke masyarakat.
              Di antara ciri-ciri dakwah adalah Rabbaniyah, Islamiyah qobla jam’iyah, syamilah ghoiru juz’iyah, mu’ashirah ghoiru taqlidiyah, mahaliyah wa ‘almiyah, ‘ilmiyah, bashirah Islamiyah, mana’ah Islamiyah, inqilabiyah ghoiru tarqi’iyah.
            Dengan ciri-ciri dakwah ini, akan dapat menjelaskan bagaimana sebaiknya dakwah dan jamaah Islamiyah. Penggambaran ciri dakwah ini juga akan membentuk suatu fikrah dan kesadaran bagaimana dakwah yang baik, benar, dan perlu diikuti. Persaingan antara dakwah dan jamaah Islamiyah serta berbagai persoalan yang berkaitan dengan jamaah dapat dijawab dengan materi khosoisud da’wah. Kesan yang diperoleh dari materi ini disebabkan karena beberapa ciri-ciri yang dibedah disini adalah kekerungan-kekurangan yang dimiliki oleh beberapa jamaah dan kelebihan yang dimiliki jamaah IM.

Hasiyah
1.       Khoshoisud da’wah
Syarah
·       Khoshoisud da’wah adalah ciri-ciri dakwah atau jamaah. Berbagai ciri-ciri ini ada yang berkaitan dengan program, sasaran, sifat, aktivitas, dan proses perjalanan dakwah. Penggambaran ciri dakwah ini hanyalah sebagian saja tetapi semuanya merupakan bagian dari sifat dan ciri Islam itu sendiri. Ciri dakwah yang disampaikan disini adalah sebagian saja karena luasnya ciri dakwah Islam yang dimiliki. Ciri dakwah Islam sesuai dengan ciri Islam itu sendiri. Penjabaran ciri-ciri di bawah ini hanyalah berkaitan dengan hal-hal yang penting saja atau yang dapat dijadikan sasaran.

2.      Rabbaniyah
Syarah
·       Dakwah yang rabbani adalah dakwah yang merabb (berorientasi kepada tuhan). Rabbani berarti segala aktivitas dakwah Islam harus merujuk kepada Allah sebagai rabb. Minhaj dan ghoyah harus dikembalikan kepada Allah SWT. Beberapa petunjuk yang dapat dijelaskan disini adalah ciri dakwah rabbani berarti mereka yang terlibat dalam dakwah harus melakukan tadarus dan ta’lim. Pelaku dakwah rabbani harus memiliki sifat yang tidak lemah, tidak bersedih hati, tidak wahn tetapi berani dan siap berhadapan dengan siapapun. Dakwah rabbani juga menjunjung tinggi syura yang merujuk kepada Allah (sumber), Rasul (cara), dan ulil amri (nizam).
·         Dakwah rabbani juga mengambil aqidah dan tauhid sebagai sesuatu yang utama, warna akhlak Islamiyah, ukhuwah Islamiyah, dan jihad juga merupakan ciri dakwah rabbani. Dakwah rabbani juga bertumpu kepada tarbiyah takwiniyah dalam membentuk kader dan kemudian menerjunkan kader kedalam masyarakat melalui ketokohan, kepakaran, dan keikutsertaan.

Dalil
· Al Qur’an Surat Ali Imron 3:79 ;
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[208], karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.
· Al Qur’an Surat Ali Imron 3:146 ;
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.

3.      Islamiyah qobla jam’iyah
Syarah
·      Islam mengajak dan menyeru perasatuan bukan perpecahan. Diantara penyebab perpecahan adalah ta’asub dengan jamaah atau kumpulan. Allah SWT berfirman agar melarang kita berpecah belah dan berbangga-bangga dengan kumpulan, tetapi Allah SWT menyuruh kita bersatu di dalam Islam melalui aqidah Islamiyah dan I’tisham bihablillah.
·         Islamiyah qobla jamiyah bukan menafikan peranan jamaah atau tidak memerlukan jamaah atau kumpulan. Pernyataan ini adalah usaha meluruskan dan untuk menduhulukan Islam dari jamaah sehingga mengenal Islam dan sadar Islam adalah prioritas utama yang kemudian dapat menerima peranan jamaah setelah kesadaran Islam. Hal ini akan membentuk sikap kepada pribadi untuk menerima semua golongan atau mau berdakwah kepada semua golongan sehingga memudahkan munculnya dakwah ustadziyatul ‘alam.
·         Pembedahan jamaah diberikan setelah kesadaran mad’u kepada Islam sehingga penerimaan jamaah dilakukan dengan cara yang baik. Sikap kepada jamaah sebagai wasilah dan bukan satu-satunya tujuan walaupun jamaah digunakan untuk membawa dakwah kita.
·      Pendekatan Islamiyah juga berarti juga kita memberikan bagaimana semestinya kita seorang muslim dengan dakwah Islamiyah akan terbentuk syakhshiyah Islamiyah. Siapakah yang menjalankan dakwah ini? Jawabannya adalah jamaah. Memberikan fikrah mengenai ciri-ciri dakwah Islam adalah usaha untuk mengajak manusia ke dalam jamaah setelah mereka memerlukan atau memahami kepentingannya.

Dalil
· Al Qur’an Surat Ar Ruum 30:31-32 ;
dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka[1169] dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
· Al Qur’an Surat Al Hujurat 49:13 ;
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
· Al Qur’an Surat Ali Imron 3:103 ;
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

4.      Syamilah ghoiru juz’iyyah
Syarah
·      Dakwah Islam adalah sesuai dengan nilai Islam sehingga dakwah Islam harus bersifat syamilah (sempurna). Dakwah tidak boleh juz’iyyah (parsial). Syamilah dari segi program, aktivitas, tujuan, dan minhaj. Dakwah yang syamilah juga mencakup bidang tarbiyah, dakwah dan sosial, budaya, politik, ekonomi dan pertahanan dan keamanan. Aspek ini harus dibicarakan oleh dakwah. Tanpa membahas masalah ini atau hanya membahas masalah dakwah saja maka dakwah bersifat juziyah.
·      Dakwah syamilah juga menekankan peranan dan aktivitas dakwah yang membahas masyarakat dan keahlian, dakwah juga bertumpu kepada jihad dan tegaknya syariat. Dakwah syamilah berperan di dalam membangun masyarakat melalui potensi dirinya.
·      Pemahaman terhadap dakwah syamilah ini akan membuka pemikiran aktivis perlunya dakwah dan agar Islam dapat diterima masyarakat. Diterimanya aktivis oleh masyarakat tentunya mempunyai beberapa ciri misalnya karena tokoh, status, kemampuan, kepakaran, dan lain sebagainya. Untuk memcapai ciri ini maka dari sekarang jamaah dan dakwah sudah memikirkan dan bergerak dengan berbagai bidang.

Dalil :
·Al Qur’an Surat Al Baqarah 2:208 ;
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
· Al Qur’an Surat Al An ‘am 6:161-162 ;
Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik." Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

5.      Mu’ashirah ghoiru taqlidiyah
Syarah
·      Dakwah bersifat mu’asirah (kontemporer) dan tidak taqlidiyah (kuno). Pendekatan dakwah secara minhaj  harus mengikuti asholahnya yaitu Al Qur’an dan Sunnah walaupun ada yang menyebutkan bahwa pendekatan ini adalah kuno. Tetapi secara uslub seperti wasilah dan strategi harus canggih dan mengikuti perkembangan semasa.
·      Pendekatan mu’asirah berarti mengambil situasi dan kondisi, peristiwa, sikap, keperluan dan kemudian dikaitkan dengan sasaran. Pendekatan mu’sirah di dalam dakwah misalnya dakwah dengan internet, power point dan sebagainya.
·         Dakwah mu’asirah juga menggunakan pendekatan semasa seperti partai, pemilu dan sebagainya. Peperangan juga dilakukan dengan senjata yang canggih bukan dengan panah atau pisau, begitu kendaraan tidak dengan kuda atau unta.
·      Pendekatan taqlidiyah adalah pendekatan kuno yang tidak memperhatikan perkembangan zaman dan merujuk secara buta kepada sesuatu yang kuno dan mungkin tidak lagi sesuai dengan keadaan sekarang. Sikap taqlid juga muncul karena kurangnya pengetahuan sehingga mengikuti sesuatu tanpa pemahaman yang jelas, atau melaksanakan sesuatu tanpa ilmu.

6.      Mahaliyah wa ‘alamiyah
Syarah
·      Dakwah Islam sesuai dengan nilai Islam yang universal. Islam adalah agama untuk semua manusia dan juga rahmat bagi seluruh alam. Kahadiran Islam adalah mendunia dan juga untuk kebahagiaan makhluk, khususnya manusia. Dakwah yang global dan dunia adalah ciri dakwah Islam, oleh karena itu dakwah dan jamaah juga harus bertaraf internasional. Ummat Islam ada di segala penjuru dunia maka dakwah dan jamaah pun harus ada di penjuru tersebut. Tandzim dan jamaah di setiap negeri haruslah berkaitan juga dengan tandzim yang ada di luar dn menyatu di dalam kekuatan dakwah Islam.
·      Walaupun dakwah adalah bersifat internasional tetapi operasional kita adalah mahaliyah (tempat). Tempat dimana kita berada, berdiri, dan menginjakkan kaki itulah sebagai tempat dakwah kita, tetapi secara fikrah dan hubungan harus bertaraf internasional. Dengan demikian ta’awun dan kesatuan ummat akan terwujud.
·      Jamaah dan dakwah sepakat bahwa ini lebih kepada qotr atau negeri misalnya jamaah atau dakwah yang sebatas Malaysia dan tidak berhubungan secara struktur dengan dakwah dan jamaah di luar. Padahal suatu kenyataan yang kita hadapi bahwa musuh Islam bersifat Internasional, mereka pun bersatu untuk melawan kita dan menghancurkan secara berjamaah dari berbagai arah di dunia. Keadaan demikian juga menuntut kita untuk melakukan dakwah secara internasional, selain untuk menghadapi musuh juga untuk menegakkan syari’ah.
·      Tuntutan dunia ke arah globalisasi juga akan membawa dakwah Islam dilakukan secara mendunia dan global, terbuka serta universal.

Dalil :
· Al Qur’an Surat  Saba 34:28 ;
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
· Al Qur’an Surat  Al Anbiya 21:107 ;
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
7.      ‘Ilmiyah
Syarah
·      Dakwah yang islami adalah dakwah yang berjalan melalui pendekatan ilmiyah, sehingga muncul kesadaran Islam. Pendekatan kuliah, ceramah, perbincangan, latihan adalah sebagian usaha pendekatan dakwah secara ilmiyah. Tanpa pendekatan ilmiyah, maka dakwah akan diikuti oleh mereka yang taqlid, bodoh, tidak sadar dan ikut-ikutan sehingga akan membahayakan jamaah itu sendiri. Allah SWT melalui firmannya di dalam Al Qur’an atau Muhammad SAW melalui sabdanya di dalam hadits selalu menekankan ilmu dan cara pendekatan Qur’an dan Hadits dengan cara ilmiyah yaitu usaha menyadarkan Islam bukan memaksa dan juga bukan memberikan tekanan. Masalah tekanan dan paksaan adalah sesuatu yang dilarang oleh Islam. Pendekatan ilmiyah ini mengajak manusia berfikir dan mengerjakan amalan Islam secara bertahap mengikuti pemahaman dan kesadaran. Cara demikian akan menghasilkan suatu cara yang sangat efektif  dalam membentuk kesadaran Islam.

Dalil:
· Al Qur’an Surat Al Isro 17:36 ;
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
· Al Qur’an Surat AL Baqarah 2:256 ;
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

8.      Bashirah Islamiyah
Syarah
·      Keterangan yang nyata dengan bukti yang jelas dan benar adalah sifat Islam. Dakwah harus mendasarkan minhaj dan programnya kepada Islam. Dalil-dalil, rujukan, dan panduan dari Islam adalah ciri dakwah Islam, bukan minhaj yang berasal dari luar Islam.
·      Keadaan yang dapat menipu adalah keadaan orang putih yang sudah maju dan mengeluarkan banyak produknya misalnya masalah manajemen. Hal ini dapat mempengaruhi kita memakai teori-teori itu tanpa dipilih atau dilihat menurut Islam. Manajemen Barat berbeda dengan manajemen Islam. Penerapan manajemen Barat ke dalam dakwah dan jamaah Islamiyah adalah suatu yang keliru atau akan menghancurkan dakwah itu sendiri. Hal ini adalah suatu bukti dari dakwah yang tidak berdasarkan bashirah Islamiyah.
·      Masalah yang berkaitan dengan dugaan atau pengalaman yang terbatas juga akan menghambat sikap kepada bashirah Islamiyah. Oleh karena itu perlu rujukan yang kuat kepada Islam, sehingga Islam mewarnai gerak dakwah kita.
                                 
9.      Mana’ah Islamiyah
Syarah
·         Dakwah Islam harus mempunyai ciri-ciri mana’ah (kebal/benteng) Islam. Untuk mencapai ini maka dakwah berorientasi kepada pencapaian penguasaan teori (istiab nadhori), penguasaan moral (istiab ma’nawi) dan penguasaan amal (istiab amal).
·         Penguasaan teori ini dicapai apabila pribadi yang didakwahi diberi bekal dengan pengenalan kepada prinsip Islam (ma’rifatul mabda’) seperti rukun Islam, rukun iman, dan prinsip lainnya. Selain itu juga mad’u perlu diberi pengenalan kepada fikrah (ma’rifatul fikrah) dan pengenalan minhaj (ma’rifatul minhaj). Ketiga pengenalan ini dilakukan agar mencapai penguasaan teori. Biasanya bahan-bahan tamhidiyah I (level UK) diusahakan untuk mencapai sasaran ini.
·         Penguasaan moral dicapai dengan cara menumbuhkan melalui latihan, amalan, dan aplikasi yaitu kehendak yang kuat (al wafa tsabit). Sasaran ini dicapai dengan mengamalkan konsep yang sudah difahami dalam bentuk amal, biasanya dalam bentuk latihan, tugas, dan program bersama yang dilakukan.
·         Sedangkan penguasaan amal dicapai dengan gerakan yang terus-menerus (harakah mustamirah) dan semangat pengorbanan (ruhul bazl). Tadzrib, tamrinat dan sebagainya adalah cara dakwah mencapai penguasaan amal ini.

10.   Inqilabiyah ghoiru tarqi’iyyah
Syarah
·         Perubahan yang dikehendaki oleh dakwah adalah perubahan yang bertahap di dalam proses yang dikehendaki untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Perubahan tidak mendadak dan asal jadi saja tetapi lebih kepada perubahan yang bertahap (inqilabiyah) mengikuti kemampuan, kefahaman, dan level mad’u.
·         Dengan perubahan yang demikian maka dapat menghasilkan pribadi yang furqon sehingga muncul pribadi yang kuat.