RISALAH TA'ALIM
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada imamnya
para muttaqin, pemimpin para mujahid, junjungan kami Muhammad
saw.; sebagai nabi
yang ummi. juga semoga tercurahkan kepada keluarga, sahabat, dan
orang-orang yang
mengikuti petunjuknya hingga hari Kiamat.
Amma ba'du.
Inilah risalahku untuk ikhwah mujahidin dari kalangan Ikhwanul
Muslimin yang
telah beriman kepada keluhuran dakwahnya dan kepada validitas
fikrahnya. Mereka
memiliki tekad yang tulus untuk hidup bersamanya dan mati atas
namanya. Kepada
mereka sajalah uraian ringkas ini kupersembahkan. Ia bukan
pelajaran-pelajaran yang
harus dihafal, tetapi merupakan petunjuk-petunjuk yang harus
diamalkan.
Matilah dalam beraktivitas, wahai saudaraku yang berhati tulus!
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang
yang beriman akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata lalu diberitakannya
kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan.' ''(At-Taubah: 105)
"Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang
lurus maka ikutilah
dia dan janganlah kamu mengikuti jalam-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertaqwa." (Al-An'am: 153)
Adapun selain mereka, kami sediakan untuknya ceramah-ceramah,
buku-buku,
makalah-makalah, dan training-training. Masing-masing dari mereka
memiliki program
yang sesuai dengan tuntutannya, dari semuanya dijanjikan oleh
Allah pahala yang baik.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hasan Al-Banna
Wahai ikhwan yang tulus ... !
Rukun bai'at kita ada sepuluh, hafalkanlah: fahm
(pemahaman), ikhlas, amal
(aktivitas), jihad, tadhiyah (pengorbanan), taat (kepatuhan), tsabat
(keteguhan), tajarrud
(kemurnian), ukhuwwah, dan tsiqah (kepercayaan).
FAHM
Wahai saudaraku yang tulus ... !
Yang saya maksud dengan fahm (pemahaman) adalah bahwa engkau yakin
bahwa
fikrah kita adalah 'fikrah islamiyah yang bersih'. Hendaknya
engkau memahami Islam,
sebagaimana kami memahaminya dalam batas-batas ushul
al-'isyrin (dua puluh prinsip)
yang sangat ringkas ini:
1. Islam adalah sistem yang menyeluruh, yang menyentuh seluruh
segi kehidupan. Ia
adalah negara dan tanah air, pemerintah dari umat, akhlak dan
kekuatan, kasih
sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan
peradilan, materi
dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan jihad dan dakwah,
pasukan dan
pemikiran, sebagaimana juga ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah
yang benar,
tidak kurang dan tidak lebih.
2. Al-Qur'an yang mulia dan Sunah Rasul yang suci adalah tempat
kembali setiap
muslim untuk memahami hukum-hukum Islam. Ia harus memahami
Al-Qur'an
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf
(memaksakan diri) dan
ta'assuf
(serampangan). Selanjutnya
ia memahami Sunah yang suci melalui rijalul
hadits
(perawi hadits) yang
terpercaya.
3. Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan
dalam
beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di
hati hamba-
Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan,
ketersingkapan
(rahasia alam), dan mimpi, ia bukanlah bagian dari dalil
hukum-hukum syariat. Ia
bisa juga dianggap dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan
hukum-hukum
agama dan teks-teksnya.
4. Jimat, mantera, guna-guna, ramalan, perdukunan, penyingkapan
perkara ghaib, dan
semisalnya, adalah kemunkaran yang harus diperangi, kecuali
mantera dari ayat
Qur'an atau ada riwayat dari Rasulullah saw.
5. Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks
hukumnya,
tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang
sesuatu yang
membawa kemaslahatan umum, bisa diamalkan sepanjang tidak
bertentangan
dengan kaidah-kaidah umum syariat. Ia mungkin berubah seiring
dengan
perubahan situasi, kondisi, dan tradisi setempat. Yang prinsip,
ibadah itu diamalkan
dengan kepasrahan total tanpa mempertimbangkan makna. Sedangkan
dalam
urusan selain ibadah (adat-istiadat), maka harus mempertimbangkan
maksud dan
tujuannya.
6. Setiap orang boleh diambil atau ditolak kata-katanya, kecuali
Al-Ma'shum
(Rasulullah) saw. Setiap yang datang dari kalangan salaf dan
sesuai dengan Kitab
dan Sunah, kita terima. Jika tidak sesuai dengannya, maka
Kitabullah dan Sunnah
RasulNya lebih utama untuk diikuti. Namun demikian, kita tidak
boleh
melontarkan kepada orang-orang -oleh sebab sesuatu yang
diperselisihkan
dengannya- kata-kata caci maki dan celaan. Kita serahkan saja
kepada niat mereka,
dan mereka telah berlalu dengan amal-amalnya.
7. Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan telaah terhadap
dalil-dalil hukum
furu' (cabang), hendaklah mengikuti pemimpin agama. Meskipun
demikian,
alangkah baiknya jika -bersamaan dengan sikap mengikutnya ini- ia
berusaha
semampu yang ia lakukan untuk mempelajari dalil-dalilnya.
Hendaknya ia
menerima setiap masukan yang disertai dengan dalil selama ia
percaya dengan
kapasitas orang yang memberi masukan itu. Dan hendaknya ia
menyempurnakan
kekurangannya dalam hal ilmu pengetahuan Jika ia termasuk orang
pandai, hingga
mencapai derajat pentelaah.
8. Khilaf dalam masalah fiqih furu' (cabang) hendaknya tidak
menjadi faktor pemecah
belah dalam agama, tidak menyebabkan permusuhan dan tidak juga
kebencian.
Setiap mujtahid mendapatkan pahalanya. Sementara itu, tidak ada
larangan
melakukan studi ilmiah yang jujur terhadap persoalan khilafiyah
dalam naungan
kasih sayang dan saling membantu karena Allah untuk menuju kepada
kebenaran.
Semua itu tanpa melahirkan sikap egois dan fanatik.
9. Setiap masalah yang amal tidak dibangun di atasnya -sehingga
menimbulkan
perbincangan yang tidak perlu- adalah kegiatan yang dilarang
secara syar'i.
Misalnya memperbincangkan berbagai hukum tentang masalah yang
tidak benar-
benar terjadi, atau memperbincangkan makna ayat-ayat Al-Qur'an
yang kandungan
maknanya tidak dipahami oleh akal pikiran, atau memperbincangkan
perihal
perbandingan keutamaan dan perselisihan yang terjadi di antara
para sahabat
(padahal masing-masing dari mereka memiliki keutamaannya sebagai
sahabat Nabi
dan pahala niatnya) Dengan ta'wil (menafsiri baik perilaku para
sahabat) kita
terlepas dari persoalan.
10. Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian
(dzat)-Nya adalah
setinggi-tinggi tingkatan aqidah Islam. Sedangkan mengenai
ayat-ayat sifat dan
hadits-hadits shahih tentangnya, serta berbagai keterangan
mutasyabihat yang
berhubungan dengannya, kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya
tanpa
ta'wil dan ta'thil, serta tidak memperuncing perbedaan yang
terjadi di antara para
ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada,
sebagaimana
Rasulullah saw. dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya.
"Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, 'Kami beriman
kepada ayatayat
yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami."' (Ali
lmran: 7)
11. Setiap bid'ah dalam agama Allah yang tidak ada pijakannya
tetapi dianggap baik
oleh hawa nafsu manusia, baik berupa penambahan maupun
pengurangan, adalah
kesesatan yang wajib diperangi dan dihancurkan dengan menggunakan
cara yang
sebaik-baiknya, yang tidak justru menimbulkan bid'ah lain yang
lebih parah.
12. Perbedaan pendapat dalam masalah bid'ah idhafiyah), bid'ah tarkiyah), dan iltizam)
terhadap ibadah mutlaqah (yang tidak diterapkan, baik cara maupun
waktunya)
adalah perbedaan dalam. masalah fiqih. Setiap orang mempunyai
pendapat sendiri.
Namun tidaklah mengapa jika. dilakukan penelitian untuk
mendapatkan hakekatnya
dengan dalil dan bukti-bukti.
13. Cinta kepada orang-orang yang shalih, memberikan penghormatan
kepadanya, dan
memuji karena perilaku baiknya adalah bagian dari taqarrub kepada
Allah swt.
Sedangkan para wali adalah mereka yang disebut dalam firman-Nya,
"Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka itu bertaqwa."
Karamah pada mereka itu benar terjadi jika memenuhi syarat-syarat
syar'inya. itu
semua dengan suatu keyakinan bahwa mereka -semoga Allah meridhai
merekatidak
memiliki madharat dan manfaat bagi dirinya, baik ketika masih
hidup
maupun setelah mati, apalagi bagi orang lain.
14. Ziarah kubur-kubur siapa pun- adalah sunah yang disyariatkan
dengan cara-cara
yang diajarkan Rasulullah saw. Akan tetapi, meminta pertolongan
kepada penghuni
kubur siapa pun mereka, berdoa kepadanya, memohon pemenuhan hajat
(baik dari
jarak dekat maupun dari kejauhan), bernadzar untuknya, membangun
kuburnya,
menutupinya dengan satir, memberikan penerangan, mengusapnya
(untuk
mendapatkan barakah), bersumpah dengan selain Allah dan segala
sesuatu yang
serupa dengannya adalah bid'ah besar yang wajib diperangi. juga
janganlah
mencari ta'wil (baca: pembenaran) terhadap berbagai perilaku itu,
demi menutup
pintu fitnah yang lebih parah lagi.
15. Doa, apabila diiringi tawasul kepada Allah dengan salah satu
makhluk-Nya adalah
perselisihan furu'menyangkut tata cara berdoa, bukan termasuk
masalah aqidah.
16. Istilah ' (keliru) yang sudah mentradisi) tidak mengubah hakekat
hukum syar'inya.
Akan tetapi, ia harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan syariat
itu, dan kita
berpedoman dengannya. Di samping itu, kita harus berhati-hati
terhadap berbagai
istilah yang menipu), yang sering digunakan dalam pembahasan masalah
dunia dan
agama. lbrah itu ada pada esensi di balik suatu nama, bukan pada
nama itu sendiri
17. Aqidah adalah pondasi aktivitas; aktivitas hati lebih penting
daripada aktivitas fisik
Namun, usaha untuk menyempurnakan keduanya merupakan tuntutan
syariat,
meskipun kadar tuntutan masing-masingnya berbeda.
18. Islam itu membebaskan akal pikiran, menghimbaunya untuk
melakukan telaah
terhadap alam, mengangkat derajat ilmu dan ulamanya sekaligus, dan
menyambut
hadirnya segala sesuatu yang melahirkan maslahat dan manfaat. "Hikmah
adalah
barang
yang hilang milik orang yang beriman (mukmin). Barangsiapa
mendapatkannya,
ia adalah orang yang paling berhak atasnya. "
19. Pandangan syar'i dan pandangan logika memiliki wilayahnya
masing-masing yang
tidak dapat saling memasuki secara sempurna. Namun demikian,
keduanya tidak
pernah berbeda (selalu beririsan) dalam masalah yang qath'i
(absolut) Hakikat
ilmiah yang benar tidak mungkin bertentangan dengan kaidah-kaidah
syariat yang
tsabitah
(jelas). Sesuatu yang zhanni
(interpretable) harus
ditafsirkan agar sesuai
dengan yang qath'i. Jika yang berhadapan adalah dua hal yang
sama-sama zhanni,
maka pandangan yang syar'i lebih utama untuk diikuti sampai logika
mendapatkan
legalitas kebenarannya, atau gugur sama sekali.
20. Kita tidak mengkafirkan seorang muslim, yang telah
mengikrarkan dua kalimat
syahadat, mengamalkan kandungannya, dan menunaikan
kewajiban-kewajibannya,
baik karena lontaran pendapat maupun karena kemaksiatannya,
kecuali jika ia
mengatakan kata-kata kufur, mengingkari sesuatu yang telah diakui
sebagai bagian
penting dari agama, mendustakan secara terang-terangan Al-Qur'an,
menafsirkannya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Arab,
atau berbuat sesuatu yang tidak mungkin diinterpretasikan kecuali
dengan tindakan
kufur
Apabila seorang muslim memahami ajaran agamanya dengan batasan
kaidahkaidah
di atas, berarti ia telah mengetahui makna syiarnya: 'Al-Qur'an
adalah dustur
kami dan Rasul adalah qudwah kami."
IKHLAS
Yang kami kehendaki dengan ikhlas adalah bahwa seorang al-akh
muslim dalam
setiap kata-kata, aktivitas, dan jihadnya, semua harus dimaksudkan
semata-mata untuk
mencari ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek
kekayaan,
penampilan, pangkat, gelar, kemajuan, atau keterbelakangan..
Dengan itulah, ia menjadi
tentara fikrah dan aqidah, bukan tentara kepentingan dan ambisi
pribadi.
"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan
matiku, adalah karena
Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu baginya dan demikian
itulah yang
diperintahkan kepadaku."' (Al-An'am: 162-1630)
Dengan demikian, pahamlah saudaraku muslim makna slogan abadinya;
Allah
tujuan kami, Allah mahabesar, segala puji bagi-Nya.
AMAL
Yang saya maksud dengan amal (aktivitas) adalah bahwa ia merupakan
buah dari
ilmu dan keikhlasan.
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah)
Yang Mengetahui yang ghailb dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan,"' (At-Taubah: 105)
Adapun tingkatan amal yang dituntut dari seorang akh
yang tulus adalah:
1. Perbaikan diri sendiri, sehingga ia menjadi orang yang kuat fisiknya, kokoh
akhlaknya, luas wawasannya, mampu mencari penghidupan, selamat
aqidahnya,
benar ibadahnya, pejuang bagi dirinya sendiri, penuh perhatian
akan waktunya, rapi
urusannya, dan bermanfaat bagi orang lain. Itu semua harus
dimiliki oleh masingmasing
akh.
2. Pembentukan keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan keluarga agar
menghargai fikrahnya, menjaga etika Islam dalam setiap aktivitas
kehidupan rumah
tangganya, memilih istri yang baik dan menjelaskan kepadanya hak
dan
kewajibannya, mendidik anak-anak dan pembantunya dengan didikan
yang baik,
serta membimbing mereka dengan prinsip-prinsip Islam.
3. Bimbingan masyarakat, yakni dengan menyebarkan dakwah, memerangi perilaku
yang kotor dan munkar, mendukung perilaku utama, amar ma'ruf,
bersegera
mengerjakan kebaikan, menggiring opini umum untuk memahami fikrah
islamiyah
dan mencelup praktek kehidupan dengannya terus-menerus. Itu semua
adalah
kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap akh
sebagai pribadi, juga
kewajiban
bagi jamaah sebagai institusi yang dinamis.
4. Pembebasan tanah air dari setiap penguasa. asing -non-Islam- baik
secara
politik,
ekonomi, maupun moral.
5. Memperbaiki keadaan pemerintah, sehingga menjadi pemerintah Islam yang baik.
Dengan begitu ia dapat memainkan perannya sebagai pelayan umat dan
pekerja yang
bekerja demi kemaslahatan mereka. pemerintah Islam adalah pemerintah
yang
anggotanya terdiri dari kaum muslimin yang menunaikan
kewajiban-kewajiban
Islam, tidak berterang-terangan dengan kemaksiatan, dan konsisten
menerapkan
hukum-hukum serta ajaran Islam.
Tidaklah mengapa menggunakan orang-orang non-Islam -jika dalam keadaan
darurat- asalkan bukan untuk posisi jabatan strategis. Tidak
terlalu penting mengenai
bentuk dan nama jabatan itu, selama sesuai dengan kaidah umum
dalam sistem undangundang
Islam, maka boleh.
Beberapa sifat yang dibutuhkan antara lain: rasa tanggung jawab,
kasih sayang
kepada rakyat, adil terhadap semua orang, tidak tamak terhadap
kekayaan negara, dan
ekonomis dalam penggunaannya
Beberapa kewajiban yang harus ditunaikan antara lain: menjaga
keamanan,
menerapkan undang-undang, menyebarkan nilai-nilai ajaran,
mempersiapkan kekuatan,
menjaga kesehatan, melindungi keamanan umum, mengembangkan
investasi dan
menjaga kekayaan, mengokohkan mentalitas, serta menyebarkan
dakwah.
Beberapa haknya -tentu, jika telah ditunaikan kewajibannya- antara
lain loyalitas
dan ketaatan, serta pertolongan terhadap jiwa dan hartanya.
Apabila ia mengabaikan kewajibannya, maka berhak atasnya nasehat
dan
bimbingan, lalu -jika tidak ada perubahan- bisa diterapkan
pemecatan dan pengusiran.
Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq.
6. Usaha mempersiapkan seluruh aset negeri di dunia ini untuk kemaslahatan umat
Islam. Hal demikian itu dilakukan dengan cara membebaskan seluruh
negeri,
membangun kejayaannya, mendekatkan peradabannya, dan menyatukan
katakatanya,
sehingga dapat mengembalikan tegaknya kekuasan khilafah yang telah
hilang dan terwujudnya persatuan yang di impi-impikan bersama.
7. Penegakan kepemimpinan dunia dengan penyebaran dakwah Islam di seantero
negeri.
"Sehingga tidak ada lagi fitnah dan agama itu hanya untuk
Allah belaka." (Al-
Baqarah: 193)
"Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya." (At-Taubah:
32)
Empat yang terakhir ini wajib ditegakkan oleh jamaah dan oleh
setiap akh sebagai
anggota dalam jamaah itu. Sungguh, betapa besarnya tanggung jawab
ini dan betapa
agungnya tujuan ini. Orang melihatnya sebagai khayalan, sedangkan
seorang muslim
melihatnya sebagai kenyataan. Kita tidak pernah putus asa
meraihnya dan -bersama
Allah- kita memiliki cita-cita luhur.
"Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan
orang tidak
Mengetahuinya " (Yusuf: 21)
JIHAD
Yang saya maksud dengan jihad adalah sebuah kewajiban yang tetap
hukumnya
hingga hari kiamat. ini merupakan kandungan dari apa yang
disabdakan Rasulullah sa.,
"Barangsiapa mati sementara ia belum pernah berperang atau
berniat untuk
berperang, ia mati dalam keadaan jahiliyah."
Peringkat pertama jihad adalah pengingkaran dengan hati, dari
peringkat
terakhirnya adalah perang di jalan Allah. Sedangkan antara
keduanya terdapat jihad
dengan lisan, pena, tangan, dan kata-kata yang benar di hadapan
penguasa yang zhalim.
Tidaklah menjadi hidup, kecuali dengan jihad. Kadar ketinggian
dakwah dan keluasan
bentangan ufuknya adalah penentu bagi sejauhmana keagungan jihad
di jalannya dan
sejauh mana pula harga yang harus ditebus untuk mendukungnya.
Sedangkan
keagungan pahalanya diberikan kepada para mujahid.
"Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benar." (Al-Hajj:
78)
Dengan demikian engkau telah mengerti slogan abadimu: jihad
adalah jalan kami.
TADHHIYAH
Yang saya maksud dengan tadhhiyah (pengorbanan) adalah pengorbanan
jiwa
harta, waktu, kehidupan, dan segala sesuatu yang dipunyai oleh
seseorang untuk meraih
tujuan. Tidak ada perjuangan didunia ini, kecuali harus disertai
dengan pengorbanan.
Demi fikrah kita, janganlah engkau mempersempit pengorbanan,
karena sungguh ia
memiliki balasan yang agung dan pahala yang indah. Barangsiapa
bersantai-santai saja
ketika bersama kami, maka ia berdosa.
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman,
diri dan harta
mereka." (At-Taubah: 111)
"Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khawatir
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal, adalah lebih kamu
cintai daripada Allah
dan Rasulnya, dan dari berjihad di jalan-nya, maka tunggulah
sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang
yang fasik." (At-Taubah: 24)
"Jika engkau semua taat, niscaya Allah memberimu balasan yang
baik."
Dengan demikian, engkau telah mengetahui makna slogan abadimu: gugur
dijalan
Allah
adalah setinggi-tinggi cita-cita kami.
TAAT
Yang saya kehendaki dengan taat (kepatuhan) adalah menjalankan
perintah dan
merealisasikannya dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit
maupun mudah, saat
bersemangat maupun malas. Demikian itu karena tahapan dakwah ini
ada tiga:
Ta'rif
Dalam tahapan ini dakwah dilakukan dengan menyebarkan fikrah Islam
di tengah
masyarakat. Adapun sistem dakwah untuk tahapan ini adalah sistem
kelembagaan.
Urgensinya adalah kerja sosial bagi kepentingan umum, sedangkan
medianya adalah
nasehat dan bimbingan sekali waktu, dan membangun berbagai tempat
yang berguna di
waktu yang lain, juga berbagai media aktivitas lainnya. Semua
syu'bah (cabang) Ikhwan
yang ada sekarang adalah representasi dari tahapan ini dalam
kehidupan dakwahnya. Ia
terkoordinir dalam 'undang-undang pokok' yang telah disyarah oleh
berbagai risalah dan
penerbitan Ikhwan. Dakwah, pada tahapan ini, bersifat umum.
Jamaah menjalin hubungan dengan orang yang ingin memberikan
kontribusi bagi
aktivitasnya dan ingin ikut menjaga prinsip-prinsip ajarannya.
Ketaatan yang tanpa
reserve -pada tahapan ini- tidaklah dituntut, bahkan tidak lazim.
Tingkatannya seiring
dengan kadar penghormatannya kepada sistem dan prinsip-prinsip
umum jamaah.
Takwin
Dalam tahapan ini dakwah ditegakkan dengan melakukan seleksi
terhadap anasir
positif untuk memikul beban jihad dan untuk menghimpun berbagai
bagian yang ada.
Sistem dakwah -pada tahapan ini- bersifat tasawwuf murni dalam
tataran ruhani, dan
bersifat militer dalam tataran operasional. Slogan untuk dua aspek
ini adalah: perintah
dan
taat- tanpa ragu dan bimbang, Semua katibah (batalyon) Ikhwan yang ada kini
adalah representasi dari tahapan ini dalam kehidupan dakwahnya. Ia
terhimpun dalam
risalah manhaj yang lalu.
Dakwah pada tahapan ini bersifat khusus. Tidak dapat dikerjakan
oleh seseorang
kecuali yang memiliki kesiapan secara benar untuk memikul beban
jihad yang panjang
masanya dan berat tantangannya. slogan utama dalam persiapan ini
adalah: totalitas
ketaatan.
Tanfidz
Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad; tanpa kenal sikap
plin-plan, kerja terusmenerus
untuk menggapai tujuan akhir, serta kesiapan menanggung cobaan dan
ujian
yang tidak mungkin bersabar atasnya, kecuali orang-orang yang
tulus. Dakwah ini
tidaklah dapat meraih keberhasilan, kecuali dengan "ketaatan
yang total" juga. Untuk
inilah, shaf pertama Ikhwanul Muslimin berbai'at pada bulan Rabiul
Awal 1359 H.
Dengan bergabungnya kalian dalam katibah ini, dengan sikap
menerima kalian
akan risalah ini, dan dengan kesetiaan kalian kepada bai'at ini,
kalian telah berada di
tingkatan kedua menuju tingkatan yang ketiga. Tunaikan tanggung
Jawab yang telah
dipikulkan kepadamu dan siapkan dirimu untuk setia kepadanya.
TSABAT
Yang saya kehendaki dengan tsabat (keteguhan) adalah bahwa seorang
akh
hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang
mengantarkan pada tujuan,
betapa pun jauh jangkauannya dan lama waktunya, sehingga bertemu
dengan Allah
dalam keadaan demikian, sedangkan ia telah berhasil mendapatkan
salah satu dari dua
kebaikan: meraih kemenangan atau syahid di jalan-Nya.
"Di antara orang-orang beriman itu ada orang-orang yang
menepati apa yang telah
mereka janjilkan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang
gugur. Dan di antara
mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun
tidak mengubah
(janjinya)," (Al-Ahzab: 23)
Waktu bagi kita adalah bagian dari solusi. Sedangkan jalan yang
akan kami tempuh
ini lama masanya, panjang tahapannya, dan banyak tantangannya.
Namun, dialah satusatunya
jalan yang dapat mengantarkan kepada tujuan dengan janji imbalan
yang besar
dan pahala yang indah.
Itu semua karena setiap sarana dakwah kita -yang berjumlah enam
macammembutuhkan
kesiapan yang baik, penetapan waktu yang tepat, dan pelaksanaan
yang
cermat. Semua itu sangat dipengaruhi oleh waktu.
"Mereka berkata, 'Kapan itu (akan terjadi)? 'Katakanlah,'
Mudah-mudahan waktu
berbangkit itu dekat." (Al-isra': 51)
TAJARRUD
Yang saya maksud dengan tajarrud (kemurnian) adalah bahwa engkau harus
membersihkan pola pikirmu dari berbagai prinsip nilai lain dan
pengaruh individu,
karena ia adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengkap fikrah.
"Shibghah Allah Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari
pada Allah?" (Al-
Baqarah: 138)
"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orangorang
yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka,
'Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu
sembah selain
Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan
kamu permusuhan
dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah
saja."' (Al-
Mumtahanah: 4)
Manusia, dalam pandangan akh yang tulus adalah salah satu dari enam golongan:
muslim yang pejuang, muslim yang duduk-duduk, muslim pendosa, dzimmi
atau
muahid
(orang kafir yang terikat
oleh perjanjian damai), muhayid (orang kafir yang
dilindungi), atau muharib (orang kafir yang memerangi). Masing-masing dari
mereka
memiliki hukumnya sendiri dalam timbangan Islam. Dalam batas-batas
inilah individu
atau lembaga ditimbang; berhakkah ia mendapatkan loyalitas atau
sebaliknya:
permusuhan?
UKHUWAH
Yang
saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani
dengan
ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh-kokoh
ikatan dan semulia-mulianya.
Ukhuwah adalah saudaranya keimanan, sedangkan perpecahan adalah
saudara
kembarnya kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan
persatuan; tidak ada
persatuan tanpa cinta kasih; minimal cinta kasih adalah kelapangan
dada dan
maksimalnya adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri
sendiri).
"Barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah
orang-orang yang
beruntung." (Al-Hasyr: 9)
Al-Akh
yang tulus melihat
saudara-saudaranya yang lain lebih utama daripada
dirinya. sendiri, karena ia, jika tidak bersama mereka, tidak dapat
bersama yang lain.
Sementara mereka, jika tidak dengan dirinya, dapat bersama dengan
orang lain. Dan
sesungguhnya serigala hanya makan kambing yang terlepas sendirian.
Seorang mukmin
dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan, yang satu
mengokohkan yang lain.
"Orang-orang
mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan, sebagian
mereka
menjadi pelindung bagi lainnya.
Demikianlah seharusnya kita.
TSIQAH
Yang
saya maksudkan dengan tsiqah (kepercayaan) adalah rasa puasnya
seorang
tentara atas komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya
maupun
keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang menghasilkan perasaan
cinta,
penghargaan, penghormatan, dan ketaatan.
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap sesuatu
keputusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."
(An-Nisa: 65)
Pemimpin adalah unsur penting dakwah; tidak ada dakwah tanpa
kepemimpinan.
Kadar kepercayaan -yang timbal balik antara pemimpin dan pasukan
menjadi neraca
yang menentukan sejauhmana kekuatan sistem jamaah, ketahanan
khithahnya,
keberhasilannya mewujudkan tujuan, dan ketegarannya menghadapi
berbagai tantangan.
"Maka lebih utama bagi mereka; ketaatan dan perkataan yang
baik."
Kepemimpinan -dalam dakwah Ikhwan- menduduki posisi orang tua
dalam hal
ikatan hati, posisi guru dalarn hal fungsi kepengajaran, posisi
syaikh dalam aspek
pendidikan ruhani, dan posisi pemimpin dalam aspek penentuan
kebijakan politik secara
umum bagi dakwah. Dakwah kami menghimpun pengertian ini secara
keseluruhan, dan
tsiqah kepada kepemimpinan adalah segala-galanya bagi keberhasilan
dakwah.
Karenanya, akh yang tulus harus bertanya kepada diri sendiri tentang ini, untuk
mengetahui sejauhmana kepercayaan dirinya terhadap kepemimpinan
yang ada:
1. Apakah sejak dahulu ia mengenal pemimpinnya, apakah pernah
mempelajari riwayat
hidupnya?
2. Apakah ia percaya kepada kapasitas dan keikhlasannya?
3. Apakah ia siap menganggap semua instruksi -yang diputuskan oleh
pemimpin
untuknya, tanpa maksiat tentu- sebagai instruksi yang harus
dilaksanakan tanpa
reserve, tanpa ragu, tanpa ditambah dan tanpa dikurangi, dengan
keberanian
memberi nasehat dan peringatan untuk tujuan yang benar?
4. Apakah ia siap untuk menganggap dirinya salah dan pemimpinnya
benar, jika terjadi
pertentangan antara apa yang diperintahkan pemimpin dan apa yang
ia ketahui dalam
masalah-masalah ijtihadiyah yang tidak ada teks tegasnya dalam
syariat?
5. Apakah ia siap untuk meletakkan seluruh aktivitas kehidupannya
dalam kendali
dakwah? Apakah -dalam pandangannya- pemimpin memiliki hak untuk
men-tarjih
(menimbang dan memutuskan) antara kemaslahatan dirinya dan
kemaslahatan
dakwah secara umum?
Dengan jawaban yang disampaikan atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut atau yang
semacamnya, akh dapat mengetahui sejauhmana kadar ikatan dan kepercayaannya
terhadap pemimpin. Adapun hati, ia berada di 'genggaman' Allah;
Dia
menggerakkannya sekehendak-Nya.
"Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di
bumi niscaya
kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah
mempersatukan hati
mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
(Al-Anfal: 63)
Wahai Ikhwan yang tulus...
Imanmu kepada bai'at ini mengharuskanmu untuk menunaikan
kewajibankewajiban
berikut, sehingga engkau menjadi 'batu bata' yang kutat bagi
bangunan:
1. Hendaklah engkau memiliki wirid harian dari Kitabullah tidak
kurang dari satu juz.
Usahakan untuk mengkhatamkan Al-Qur'an dalam waktu tidak lebih
dari sebulan
dan tidak kurang dari tiga hati.
2. Hendaklah engkau membaca Al-Qur'an dengan baik,
memperhatikannya dengan
seksama, dan merenungkan artinya. Hendaklah engkau juga mengkaji
sirah Nabi
dan sejarah para salaf sesuai dengan waktu yang tersedia. Buku
yang dirasa
mencukupi kebutuhan ini minimal adalah buku Humatul
Islam. Hendaklah engkau
juga banyak membaca hadits Rasul Allah saw., minimal hafal empat
puluh hadits;
ditekankan untuk Al-Arba'in
AnNawawiyah. Dan hendaklah engkau
mengkaji
risalah tentang pokok-pokok aqidah dan cabang-cabang fiqih.
3. Hendaklah engkau bersegera melakukan general check up secara
berkala atau
berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Di samping itu
perhatikanlah faktorfaktor
penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, dan hindarilah
faktor-faktor
penyebab lemahnya kesehatan.
4. Hendaklah engkau menjauhi berlebihan dalam menkonsumsi kopi,
teh, dan
minuman perangsang semisalnya, janganlah engkau meminumnya kecuali
dalam
keadaan darurat, dan hendaklah engkau menghindar sama sekali dari
rokok.
5. Hendaklah engkau perhatikan urusan kebersihan dalam segala hal,
menyangkut:
tempat tinggal, pakaian, makanan, badan, dan tempat kerja, karena
agama ini
dibangun di atas dasar kebersihan.
6. Hendaklah engkau jujur dalam berkata, jangan sekali-kali
berdusta.
7. Hendaklah engkau menepati janji, janganlah mengingkarinya,
betapa pun kondisi
yang engkau hadapi.
8. Hendaklah engkau pemberani dan tahan uji. Keberanian yang
paling utama adalah
terus-terang dalam mengatakan kebenaran, ketahanan menyimpan
rahasia, berani
mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri, dan dapat
menguasainya dalam
keadaan marah sekalipun.
9. Hendaklah engkau senantiasa bersikap tenang dan berkesan
serius. Namun
janganlah keseriusan itu menghalangimu dari canda yang benar,
senyum, dan tawa.
10. Hendaklah engkau memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan
sensitif, sangat
mudah terpengaruh (peka) oleh kebaikan dan keburukan; yakni
munculnya rasa
bahagia untuk yang pertama dan rasa tersiksa untuk yang kedua.
Hendaklah pula
engkau rendah hati tanpa menghina diri, bersikap taklid (yes man),
dan terlalu
berlunak hati. Dan hendaklah engkau memuntat -dari orang lain-
lebih rendah dari
martabatmu untuk mendapatkan martabarmu yang sesungguhnya.
11 . Hendaklah engkau bersikap adil dan benar dalam memutuskan
suatu perkara, pada
setiap situasi. janganlah kemarahan melalaikanmu untuk berbuat
kebaikan,
janganlah mata keridhaan engkau pejamkan dari perilaku yang buruk,
janganlah
permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik, dan hendaklah
engkau
berkata benar meskipun itu merugikanmu atau merugikan orang yang paling
dekat
denganmu.
12. Hendaklah engkau menjadi pekerja keras (work
aholic) dan terlatih dalam
menangani aktivitas sosial. Hendaklah engkau merasa bahagia jika
dapat
mempersembahkan bakti untuk orang lain, gemar membesuk orang
sakit,
membantu orang yang membutuhkan, menanggung orang yang lemah,
meringankan beban orang yang tertimpa musibah meskipun hanya
dengan katakata
yang baik, dan senantiasa bersegera berbuat kebaikan.
13. Hendaklah engkau berhad kasih, dermawan, toleran, pemaaf,
lemah lembut kepada
manusia maupun binatang, berperilaku baik dalarn berhubungan
dengan semua
orang, menjaga etika-etika sosial Islam, menyayangi yang kecil dan
menghormati
yang besar, memberi tempat kepada orang lain dalam majelis, tidak
memata-matai,
tidak menggunjing, tidak mengumpat, meminta izin jika masuk maupun
keluar
rumah, dan lain-lain.
14. Hendaklah engkau pandai membaca dan menulis, memperbanyak
menelaah
terhadap risalah Ikhwan, koran, majalah, dan tulisan lainnya.
Hendaklah engkau
membangun perpustakaan khusus, seberapa pun ukurannya; konsentrasi
terhadap
spesifikasi keilmuan dan keahlianmu jika engkau seorang Spesialis;
menguasai
persoalan Islam secara umum penguasaan yang membuatnya dapat
membangun
persepsi yang baik untuk menjadi referensi bagi pemahaman terhadap
tuntutan
fikrah.
15. Hendaklah engkau memiliki proyek usaha ekonomi betapapun
kayanya engkau,
utamakan proyek mandiri betapapun kecilnya, dan cukupkanlah dengan
apa yang
ada pada dirimu betapa pun tingginya kapasitas keilmuanmu.
16. Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri
dan jadikanlah ia
sesempit-sempit pintu rezeki. Namun jangan engkau tolak, jika
diberi peluang
untuk itu. janganlah engkau melepaskannya, kecuali jika ia
benar-benar
bertentangan dengan tugas-tugas dakwahmu.
17. Hendaklah engkau perhatikan penunaian tugas-tugasmu; bagaimana
kualitasnya
dan kecermatannya, jangan mempu, dan hendaklah menepati
kesepakatan.
18. Hendaklah engkau memenuhi hakmu dengan baik dan memenuhi
hak-hak orang
lain dengan sempurna, tanpa dikurangi dan berlebihan; janganlah
pula engkau
menunda-nunda pekerjaan.
19. Hendaklah engkau menjauhkan judi dengan segala macamnya,
betapapun maksud
di baliknya; dan hendaklah engkau menjauhi mata pencaharian yang
haram,
betapapun keuntungan besar yang ada di baliknya.
20. Hendaklah engkau menjauh dari riba dalam setiap aktivitasmu,
dan sucikan ia dari
riba sama sekali.
21. Hendaklah engkau memelihara kekayaan umat Islam secara umum dengan
mendorong berkembangnya pabrik-pabrik dan proyek-proyek ekonomi
Islam.
Hendaklah engkau juga menjaga setiap keping mata uang agar tidak
jatuh ke
tangan orang non-Islam dalam keadaan bagaimanapun. jangan
berpakaian dan
jangan makan kecuali dari produk negerimu yang Islam.
22. Hendaklah engkau memiliki kontribusi finansial dalam dakwah,
engkau tunaikan
kewajiban zakatmu, dan jadikan sebagian dari hartamu itu untuk
orang yang
meminta dan orang yang kekurangan, betapa pun kecil penghasilanmu.
23. Hendaklah engkau menyimpan sebagian dari penghasilanmu untuk
persediaan
masa-masa sulit, betapa pun sedikit, dan jangan sekali-kali
menyusahkan dirimu
untuk mengejar kesempurnaan.
24. Hendaklah engkau bekerja -semampu yang engkau bisa lakukan-
untuk
menghidupkan tradisi Islam dan mematikan tradisi asing dalam
setiap aspek
kehidupanmu. Misalnya ucapan salam, bahasa, sejarah, pakaian,
perabot rumab
tangga, cara. kerja dan istirahat, cara makan dan minum, cara
datang dan pergi,
serta gaya. melampiaskan rasa suka dan duka. Hendaklah engkau
menjaga. sunah
dalam setiap aktivitas tersebut.
25. Hendaklah engkau memboikot peradilan-peradilan setempat atau
seluruh peradilan
yang tidak islami. Demikian juga gelanggang-gelanggang,
penerbitan-penerbitan,
organisasi-organisasi, sekolah-sekolah, dan segenap institusi yang
tidak
mendukung fikrahmu secara total.
26. Hendaklah engkau senantiasa merasa diawasi oleh Allah,
mengingat akhirat, dan
bersiap-siap untuk menjemputnya, mengambil jalan pintas untuk
menuju ridha
Allah dengan tekad yang kuat, mendekatkan diri kepada-Nya dengan
ibadah sunah,
seperti: shalat malam, puasa tiga hari -minimal- setiap bulan,
memperbanyak dzikir
(hati dan lisan), dan berusaha mengamalkan doa yang diajarkan pada
setiap
kesempatan.
27. Hendaklah engkau bersuci dengan baik dan usahakan untuk
senantiasa dalam
keadaan berwudhu di sebagian besar waktumu.
28. Hendaklah engkau shalat dengan baik dan senantiasa tepat waktu
dalam
menunaikannya. Usahakan untuk senantiasa berjamaah di masjid jika
itu mungkin
dilakukan.
29. Hendaklah engkau berpuasa Ramadhan dan berhaji dengan baik,
jika engkau
mampu melakukannya. Kerjakanlah sekarang juga jika engkau telah
mampu.
30. Hendaklah engkau senantiasa menyertai dirimu dengan niat jihad
dan cinta mati
syahid, Bersiaplah untuk itu, kapan saja kesempatannya tiba.
31. Hendaklah engkau senantiasa memperbarui taubat dan
istighfarmu, dan berhatihatilah
terhadap dosa yang kecil, apalagi dosa yang besar. Sediakan -untuk
dirimubeberapa
saat sebelum tidur untuk introspeksi diri terhadap apa-apa vang
telah
engkau lakukan, yang baik maupun yang buruk. Perhatikan waktumu,
karena waktu
adalah kehidupan itu sendiri. janganlah engkau pergunakan ia
-sedikit pun- tanpa
guna, dan janganlah engkau ceroboh terhadap hal-hal yang syubhat
agar tidak jatuh
ke dalam kubangan yang haram.
32. Hendaklah engkau berjuang meningkatkan kapasitasmu dengan
sungguh-sungguh
agar engkau dapat menerima tongkat kepemimpinan. Hendaklah engkau
menundukkan pandanganmu, menekan emosimu, dan memotong habis
seleraselera
rendah dari jiwamu, bawalah ia hanya untuk menggapai yang halal
dan baik,
dan hijabilah ia dari yang haram, dalam keadaan bagaimanapun.
33. Hendaklah engkau jauhi khamer dan seluruh makanan atau minuman
yang
memabukkan sejauh-jauhnya.
34. Hendaklah engkau menjauh dari pergaulan dengan orang jahat dan
persahabatan
dengan orang yang rusak, serta jauhilah tempat-tempat maksiat.
35. Hendaklah engkau perangi tempat-tempat iseng; jangan
sekali-kali mendekatinya,
dan hendaklah engkau jauhi gaya hidup mewah dan bersantal-santai.
36. Hendaklah engkau mengetahui anggota katibah-mu satu persatu
dengan
pengetahuan yang lengkap, juga kenalkan dirimu kepada mereka
dengan
selengkapnya. Tunaikan hak-hak ukhuwah mereka dengan seutuhnya;
hak kasih
sayang, penghargaan. pertolongan, dan itsar. Hendaklah engkau
senantiasa hadir di
majelis mereka dan tidak absen, kecuali karena udzur darurat, dan
pegang teguhlah
sikap itsar dalam pergaulanmu dengan mereka.
37. Hendaklah engkau hindari hubungan dengan organisasi atau
jamaah apapun
sekiranya hubungan itu tidak membawa maslahat bagi fikrahmu,
terutama jika
diperintahkan untuk itu.
38. Hendaklah engkau menyebarkan dakwahmu di mana pun dan memberi
informasi
kepada pemimpin tentang segala kondisi yang melingkupimu.
janganlah engkau
berbuat sesuatu yang berdampak strategis, kecuali dengan
seizinnya. Hendaklah
senantiasa engkau menempatkan dirimu sebagai 'tentara yang berada
di tangsi,
yang tengah menanti instruksi komandan.
Wahai Ikhwan yang tulus ... !
Inilah bingkai global dakwahmu dan penjelasan ringkas fikrahmu.
Engkau dapat
menghimpun prinsip-prinsip ini dalam lima slogan: Allah
ghayatuna (Allah adalah
tujuan kami), Ar-Rasul qudwatuna (Rasul adalah teladan kami), Al-Qur'an
syir'atuna
(Qurban adalah undang-undang kami), Al-Jihad
sabiluna (jihad adalah jalan kami),
dan
Asy-Syahadah
umniyyatuna (Mati syahid adalah
cita-cita kami).
Engkau pun juga bisa menghimpunnya dalam berbagai kata berikut:
kesederhanaan, tilawah, shalat, keprajuritan, dan akhlak.
Cengkeramlah secara sungguh-sungguh bimbingan ini. Jika tidak
demikian maka
engkau akan jatuh dalam barisan qa'idin (yang duduk-duduk santai) yang akan
mengantarkanmu menjadi pemalas dan tukang iseng.
Saya yakin, jika engkau mengetahuinya dengan baik dan' engkau
menjadikannya
cita-cita dan orientasi hidupmu, maka balasanmu adalah kehormatan
hidup di dunia dan
kebajikan serta ridha di akhirat. Engkau adalah bagian dari kami
dan kami bagian
darimu. Jika engkau berpaling darinya lalu duduk-duduk santai
saja, maka tiada lagi
hubungan antara kita. Jika engkau seseorang yang biasa berada di
depan dalam majelis
kita, di pundakmu tertempel gelar-gelar mentereng, dan kau tampak
begitu menonjol di
antara kita, maka dudukmu akan dihisab oleh Allah dengan
seberat-berat hisab. Maka
pilihlah kedudukan untuk dirimu yang pas, niscaya kami memohonkan
kepada Allah
-untuk kami dan untukmu- hidayah dan taufik-Nya.
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu
perniagaan
yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (Yaitu) kamu
beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwamu. Itulah yang
lebih baik bagi kamu jilka kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan
mengampuni dosadosamu
dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungaisungai,
dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga
'Adn.
Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain
yang kamu sukai
(yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat
(waktunya). Dan
sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. Hai
orang-orang yang
beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana
Isa putra
Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia,
'Siapakah yang akan
menjadi penolong-penolongmu (untuk menegakkan agama) Allah?'Lalu
segolongan dari
kaum Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir, maka
Kami berikan
kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh
mereka, lalu
mereka menjadi orang-orang yang menang." (Ash-Shaff: 10-14)
Wassalamu'alaikurn warahmatullahi wabarakatuh.
0 komentar:
Posting Komentar