Pages

Rabu, 26 Oktober 2011

Masa Depan di Tangan Islam


MASA DEPAN DI TANGAN ISLAM
AL MUSTAQBAL LIHADZA AD DIIN


Sikap optimis kaum Muslimin bahwa masa depan milik Islam dilandasi oleh beberapa hal, antara lain:
1. Islam sebagai pedoman hidup
2. Islam adalah agama fitrah
3. Islam adalah agama manusia
4. Islam adalah agama yang seimbang (tawazun)
5. Berita gembira baik dari Al-Quran maupun As-Sunnah


I. Masa Depan Milik Islam

1. Islam Sebagai Way Of Life

Allah SWT sebagai Pencipta alam semesta dan segala isinya, tidak mungkin mencelakakan ciptaan-Nya. Dalam berbagai ayat disebutkan bahwa Allah Rabbul aalamiin. Imam Ibnul Jauzi dalam tafsirnya Zaadul Masiir mengatakan bahwa kata “ar-Rab” mengandung tiga makna :
• Pemilik, seperti dikatakan rabbud daar (pemilik rumah)
• Pemelihara, seperti dikatakan rabbusy syai’ (pemelihara sesuatu)
• Tuan yang ditaati.
Semua makna ini menunjukkan betapa Allah SWT akan menjaga kelestarian ciptaan-Nya sampai pada saat yang Dia tentukan. Dan untuk mewujudkan kelestarian ini, Allah telah meletakkan hukum atau sistem mengatur perjalanan segala wujud di alam semesta, dan jalan hidup manusia.

Khusus mengenai sistem yang mengatur jalan hidup manusia, Allah menyebutnya dengan nama Al-Islam. Allah berfirman :
إن الدين عند الله الإسلام
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
(QS. Ali Imran : 19)

Dalam ayat yang lain:
ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
(QS. Ali Imran : 85)

Ini menunjukkan bahwa hanya Islam yang Allah akui sebagai jalan hidup manusia. Tanpa Islam manusia akan celaka. Sebab otak manusia yang Allah ciptakan kapasitasnya bukan untuk mengarang agama sendiri. Karenanya agama apapaun karangan otak manusia tidak mungkin bisa menjadi pegangan.


2. Islam Agama Fitrah

Lebih jauh, Allah menciptakan manusia dengan bekal fitrah yang sesuai dengan ajaran-Nya (Islam). Karenanya manusia sepanjang sejarah tidak akan pernah bisa lari dari seruan fitrahnya. Bila ia menjauh dari seruan fitrah tersebut, ia pasti akan meronta-ronta. Kegelisahan demi kegelisahan akan terus mencekam dalam jiwanya. Tak terhitung kasus yang membuktikan bahwa begitu banyak manusia yang bunuh diri hanya karena kekeringan jiwa, padahal secara kebutuhan materi mereka bisa dikatakan terpenuhi. Hasil penelitian WHO, seperti diungkap harian Republika 11/10/2006, membuktikan bahwa 873 ribu manusia melakukan bunuh diri di dunia setiap tahunnya. Dan setiap 45 tahun terakhir angka tersebut rata-rata naik 60%. Bahkan di Jepang -negara yang terkenal maju secara teknologi- sempat terdata bahwa angka bunuh diri dalam satu tahun mencapai 30 ribu orang. Sebab utama tindakan bunuh diri ini rata-rata karena ketercekaman jiwa. Tidak hanya ini yang mereka lakukan, di internet begitu banyak jumlah situs yang mengajarkan bagaimana seseorang melakukan bunuh diri dengan cepat. Betapa kenyataan ini semua menunjukkan bahwa manusia benar-benar diambang kehancurannya ketika tidak mengikuti Islam. Mereka tidak akan pernah bahagia di dunia maupun di akhirat tanpa kembali kepada Islam. Sebab hanya Islam yang Allah seting paling sesuai dengan panggilan fitrahnya.

فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”
(QS Ar Ruum : 30)

Karena itulah, sekalipun manusia berusaha menghancurkan Islam sepanjang sejarah, Islam tidak akan pernah musnah. Dibanding agama-agama lain, Islam adalah agama yang paling banyak dimusuhi. Allah berfirman:
إن الذين كفروا ينفقون أموالهم ليصدوا عن سبيل الله فسينفقونها ثم تكون عليهم حسرة ثم يغلبون والذين كفروا إلى جهنم يحشرون
”Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan” (QS. Al Anfal : 36)

Dalam surat Ath Thariq : 15
إنهم يكيدون كيدا
”Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya”.

يريدون ليطفؤوا نور الله بأفواههم والله متم نوره ولو كره الكافرون
”Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci” (QS. Ash Shaf : 8)

Tetapi Allah berjanji bahwa sampai kapanpun manusia tidak akan pernah berhasil melakukan tindakan makarnya.
هو الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون
”Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai” (QS. At Taubah : 33)

Perhatikan ketika Allah yang menjamin untuk menjaga agama ini, nampak bahwa segala upaya yang ditempuh para musuh, Allah termentahkan. Lebih dari itu, jumlah pemeluknya justru semakin bertambah dari masa ke masa. Ini adalah fakta yang membuktikan bahwa manusia cerdas masa depan pasti akan kembali kepada Islam. Mereka tidak akan pernah menerima agama yang tidak otentik dan tidak sesuai dengan fitrahnya. Mereka pasti akan segera mengkritisi berbagai penyimpangan yang terdapat dalam ajaran agama-agama tersebut.


3. Islam Agama Kemanusiaan

Islam adalah agama yang sangat menghargai kemanusiaan. Karenanya dalam Islam setiap prilaku yang tidak manusiawi harus diperangi. Tidak ada dalam Islam pembedaan antar sesama muslim hanya karena perbedaan kulit atau ras. Pun tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, semua muslim adalah sama sederajat seperti barisan gigi sisir. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Hanya kualitas ketaqwaan yang membedakan di antara mereka. Artinya siapa yang paling tinggi derajat ketakwaannya, dialah yang paling tinggi derajat kemanusiaanya di sisi Allah.

Dalam beribadah pun Islam melarang cara-cara beribadah yang tidak manusiawi. Rasulullah saw. pernah suatu saat menegur tiga orang sahabatnya yang masing-masing ingin melakukan ibadah dengan cara tidak manusiawi. Yang pertama ingin menegakan shalat malam dan tidak tidur, yang kedua, ingin berpuasa dan tidak berbuka dan yang ketiga tidak ingin menikah. Lalu Rasulullah saw. dalam tergurannya tersebut menyebutkan :
”Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku juga tidur dan menikah. Maka barangsiapa menolak sunnahku bukan termasuk golonganku.” (HR. Ahmad).

Ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. memberikan contoh yang manusiawi dalam beribadah. Dengan kata lain seperti yang dikatakan Imam An nawawi al iqtishaad fil ibadah artinya tidak terlalu menyepelekan dan tidak terlalu menyiksa diri di luar batas kemanusiaannya (lihat Riyadhush shaalihiin, Imam An nawawi, Darul Warraq 1996, h.7).

Syeikh Abul Hasan An Nadwi, seorang pemikir muslim dari India, menulis sebuah buku judulnya ” maadzaa khasiral aalam bin khthaathil muslimiin” (kerugian yang menimpa manusia karena keterpurukan umat Islam). Ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan pernah menemukan kemanusiaanya selama tidak kembali kepada Islam. Terbukti memang bahwa manusia tanpa Islam, benar-benar hidup dalam kebingungan. Disebutkan dalam buku tersebut bahwa pada zaman jahiliah –sebelum datangnya Islam- kaum wanita dizhalimi. Mereka tidak mendapatkan hak-hak kemanusiaannya sama sekali. Tidak sedikit dari putri-putri mereka yang dibunuh hidup-hidup. Jauh sebelum itu di Romawi pada abad ke VI M manusia sungguh terpuruk dalam kebinatangan. Tontonan yang paling menyenangkan pada waktu itu adalah pertarungan yang berdarah-darah dan bahkan tidak sedikit yang harus melayangkan nyawanya. Para gladiator diadu dengan sesama mereka, atau mereka dipaksa harus bertarung melawan binatang buas seperti singa dan lain sebagainya. Suatu pertarungan yang menunjukkan tingkat kejamnya manusia terhadap kemanusiaannya sendiri. Dengan kata lain di sana nampak bahwa manusia benar-benar tidak ada harganya sama sekali.


4. Islam Agama Yang Menegakkan Keseimbangan

Di dalam Islam manusia menemukan dirinya benar-benar diperlakukan secara seimbang, yaitu :

1. Antara fisik dan ruhani.

Artinya tidak seperti agama lain yang cendrung menghilangkan makna keseimbangan ini. Sebagian agama cenderung meletakkan manusia sebagai mahluk ruhani saja, sehingga ia dilarang memenuhi kebutuhannya fisiknya, seperti tidak boleh menikah dan lain sebagainya. Sebagian yang lain cenderung menyikapi manusia sebagai mahluk fisik saja, sehingga ia diajarkan menyembah materi, bukan menyembah Allah SWT. Tuhan mereka divisualisasikan menjadi patung. Hidup mereka bergelimang materi tanpa ada unsur ruhaninya sama sekali. Islam tidak demikian. Islam meletakkan manusia sebagai mahluk fisik dan ruhani sekaligus. Tidak ada dalam Islam hak-hak kemanusiaan yang digerogoti. Semuanya, baik fisik maupun ruhani dipenuhi secara seimbang.

Perhatikan Rasululllah saw. sebagai contoh yang paling konkrit dalam hal ini. Ia berpuasa dan juga berbuka, ia juga menikah dan mengurus istri-istrinya, pun ia juga shalat malam dan tidur. Jadi tidak ada yang diabaikan dari hak-hak fisik dan ruhani. Bahkan Rasulullah bersabda: ”Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada seorang mukmin yang lemah” (HR. Muslim no. 4816). Ini menunjukkan perhatiannya kepada pentingnya pembinaan fisik. Lalu dalam hadits ketika menegaskan tentang hakikat ihsan ia bersabda: ”hendaknya kau menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika tidak, ingatlah bahwa Dia melihatmu” (HR. Muslim no 8). Ini menggambarkan bagaimana seharusnya manusia membina ruhaninya.

Dalam kesempatan lain Rasulullah saw. pernah mengucapkan :
“Celakalah mutanath thi’uun tiga kali.” (HR. Muslim no 2670).
Artinya celaka orang-orang yang berlebih-lebihan dalam beribadah. Bahkan suatu saat ketika Aisyah memberitahukan mengenai seorang wanita yang berlebih-lebihan dalam menegakkan shalat, Rasulullah saw. segera menegurnya: ”hendaknya kau mengerjakan itu sebatas kemampuanmu, dan Allah tidak akan pernah bosan (memberikan pahala yang setimpal dengan amalmu) sampai kau sendiri yang bosan”. (HR. Bukahri 3/31, HR. Muslim no. 785). Ini semua menunjukkan betapa mempertahankan keseimbangan antara jasmani dan ruhani adalah inti ajaran Islam.

2. Antara dunia dan akhirat.

Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan bukan untuk di dunia saja melainkan juga di akhirat. Bahkan tujuan hidup manusia sebenarnya untuk akhirat, Allah berfirman :
وابتغ فيما آتاك الله الدار الآخرة ولا تنس نصيبك من الدنيا وأحسن كما أحسن الله إليك ولا تبغ الفساد في الأرض إن الله لا يحب المفسدين
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(QS. Al Qashash : 77)

Jadi berdasarkan ayat ini dunia hanyalah keperluan. Sebab kehidupan hakiki yang seharusnya manusia capai adalah akhirat, Allah berfirman :
وما هذه الحياة الدنيا إلا لهو ولعب وإن الدار الآخرة لهي الحيوان لو كانوا يعلمون
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (Al Ankabuut : 64)

Konsep keseimbangan ini tentu sangat berbeda dengan konsep materialisme yang hanya mengajarkan manusia menjadi mahluk materialistis. Sebab materialisme hanya membuat manusia menjadi seperti komoditi yang diperjualbelikan, atau seperti mesin yang dipaksa harus bekerja siang dan malam tanpa ada kesempatan untuk ibadah dan berdzikir. Secara ruhani ia pasti akan mengalami kekeringan. Akibatnya ia akan menderita tidak hanya di dunia melainkan lebih dari itu di akhirat. Perhatikan firman Allah swt :
ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشة ضنكا ونحشره يوم القيامة أعمى
”Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta" (QS. Thaha : 124)

Dalam ayat yang lain Allah menggambarkan kesalahfahaman orang-orang yang hanya sibuk membangun dunia :
بل تؤثرون الحياة الدنيا
والآخرة خير وأبقى
”Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (QS. Al A'laa : 16-17)

Di sini nampak bahwa mengutamakan dunia saja adalah langkah yang salah, melainkan harus keduanya dipersiapkan secara seimbang.


5. Adanya Bisyaraat (kabar gembira)

قال موسى لقومه استعينوا بالله واصبروا إن الأرض لله يورثها من يشاء من عباده والعاقبة للمتقين
Musa berkata kepada kaumnya, "Minta tolonglah kalian kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah, dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa" (QS. Al A'raaf : 128)

Ayat ini menunjukkan bahwa kemenangan akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Maksudnya adalah Islam dan umatnya. Dan ini pasti terjadi cepat atau lambat, sebab Allah tidak pernah mengingkari janji. Allah berfirman :
 إن الله لا يخلف الميعاد
"Sesungguhnya Allah tidak pernah menyalahi janji" (QS. Ali Imran : 9)

Rasulullah saw. dalam banyak kesempatan sering memberikan bisyarat ini. Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya Allah telah mengumpulkan untukku dunia, maka aku menyaksikannya dari ujung timur dan barat, dan kerajaan umatku akan melampaui timur dan barat seperti yang dikumpulkan untukku, dan aku diberi dua kekayaan (emas dan perak atau kekayaan dua kerajaan Romawi dan Persia) (HR. Muslim no. 5144). Dalam hadits yang lain Rasulullah saw. bersabda: ”berilah kabar gembira kepada umatku dengan kemenangan, ketenangan di negerinya, pertolongan Allah, dan kemuliaan agamanya, siapa yang menjadikan amal akhiratnya untuk dunia, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa di akhirat” (HR. Imam Ahmad no 20273).


II. Penutup

Seluruh yang kita sebutkan di atas, menjadi bukti nyata bahwa Islam adalah agama masa depan. Sampai kapanpun manusia tetap akan membutuhkannya. Sebab ia adalah way of life, dan suara firahnya. Dengan Islam manusia akan memperlakukan dirinya sebagai manusia. Dan di saat yang sama ia akan bisa menjalani hidupnya secara seimbang di muka bumi. Lebih-lebih Allah dan Rasul-Nya telah menjanjikan bahwa Islam dan umatnya pasti akan menang. Dan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.

Tetapi semua ini tidak bisa dicapai dengan hanya mengkhayal. Islam adalah pedoman hidup yang harus diamalkan. Umat Islam harus bergerak untuk mengamalkannya tidak hanya dipojok-pojok masjid melainkan harus merambah ke dataran kehidupan nyata dengan segala dimensinya ; politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Inilah Islam yang diyakini Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya. Perhatikan mereka tidak hanya duduk beribadah di masjid, melainkan terus bergerak menyebarkannya dan merealisakannya dalam kehidupan nyata secara integral. Dan dengan upaya yang integral inilah, Islam dan umatnya benar-benar pernah mampu menalukkan dua kekuatan super power pada masanya : Romawi dan Persia. Wallahu a’lam bishshawab.


II. Maroji

1. Tafsir Fii Dzilalil Quran
2. Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah
3. Al Mustaqbal Lihadzaddin oleh Muhammad Quthb
4. Tafsir Zaadul Masiir, Imam Ibnul Jauzi
5. Maadzaa khasiral aalam bin thaathil muslimiin, Abul Hasan An Nadwi

Sabtu, 22 Oktober 2011

TAFSIR AL QUR'AN SURAT AL BURUUJ


TAFSIR SURAT AL BURUUJ
(Surat Makkiyah, 22 ayat)


Surat ke 85 = 22 Ayat   (diwahyukan di Mekah)
iwahyukan di Mekah)

wassamaa-i dzaati lburuuj
[85:1] Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,
[85:1] I swear by the mansions of the stars,

walyawmi lmaw'uud
[85:2] dan hari yang dijanjikan,
[85:2] And the promised day,

wasyaahidin wamasyhuud
[85:3] dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.
[85:3] And the bearer of witness and those against whom the witness is borne.

qutila ash-haabu lukhduud
[85:4] Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit,
[85:4] Cursed be the makers of the pit,

annaari dzaati lwaquud
[85:5] yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,
[85:5] Of the fire (kept burning) with fuel,

idz hum 'alayhaa qu'uud
[85:6] ketika mereka duduk di sekitarnya,
[85:6] When they sat by it,

wahum 'alaa maa yaf'aluuna bilmu/miniina syuhuud
[85:7] sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.
[85:7] And they were witnesses of what they did with the believers.

wamaa naqamuu minhum illaa an yu/minuu bilaahi l'aziizi lhamiid
[85:8] Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,
[85:8] And they did not take vengeance on them for aught except that they believed in Allah, the Mighty, the Praised,

alladzii lahu mulku ssamaawaati wal-ardhi walaahu 'alaa kulli syay-in syahiid
[85:9] Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
[85:9] Whose is the kingdom of the heavens and the earth; and Allah is a Witness of all things.

innalladziina fatanuu lmu/miniina walmu/minaati tsumma lam yatuubuu falahum 'adzaabu jahannama walahum 'adzaabu lhariiq
[85:10] Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahanam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.
[85:10] Surely (as for) those who persecute the believing men and the believing women, then do not repent, they shall have the chastisement of hell, and they shall have the chastisement of burning.


innalladziina aamanuu wa'amiluu shshaalihaati lahum jannaatun tajrii min tahtihaa l-anhaaru dzaalika lfawzu lkabiir
[85:11] Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar.
[85:11] Surely (as for) those who believe and do good, they shall have gardens beneath which rivers flow, that is the great achievement.

inna bathsya rabbika lasyadiid
[85:12] Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras.
[85:12] Surely the might of your Lord is great.

innahu huwa yubdi-u wayu'iid
[85:13] Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali).
[85:13] Surely He it is Who originates and reproduces,

wahuwa lghafuuru lwaduud
[85:14] Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih,
[85:14] And He is the Forgiving, the Loving,

dzuu l'arsyi lmajiid
[85:15] yang mempunyai 'Arsy, lagi Maha Mulia,
[85:15] Lord of the Arsh, the Glorious,

fa''aalun limaa yuriid
[85:16] Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
[85:16] The great doer of what He will.

hal ataaka hadiitsu ljunuud
[85:17] Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang,
[85:17] Has not there come to you the story of the hosts,

fir'awna watsamuud
[85:18] (yaitu kaum) Firaun dan (kaum) Tsamud?
[85:18] Of Firon and Samood?

balilladziina kafaruu fii takdziib
[85:19] Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan,
[85:19] Nay! those who disbelieve are in (the act of) giving the lie to the truth.

walaahu min waraa-ihim muhiith
[85:20] padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka.
[85:20] And Allah encompasses them on every side.

bal huwa qur-aanun majiid
[85:21] Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia,
[85:21] Nay! it is a glorious Quran,

fii lawhin mahfuuzh
[85:22] yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
[85:22] In a guarded tablet.
 
Surat ini memaparkan beberapa hakikat aqidah dan kaidah-kaidah persepsi imani. Berbagai perkara yang besar dan dapat memancarkan sinar yang kuat dan jauh jangkauannya ke sekelilingnya, di balik berbagai makna dan hakikat langsung yang diungkapkan oleh nash-nashnya hingga membuka jendela kepada suatu alam yang sangat luas jangkauan hakikatnya….
Tema yang dibicarakan adalah peristiwa Ashhabul Ukhdud (orang-orang yang membuat parit). Adalah sekelompok orang-orang di masa dahulu sebelum Islam-dari orang-orang Nasrani yang meyakini tauhid-dihadapkan pada ujian yang dilancarkan oleh musuh-musuh mereka, para tiran yang bengis dan jahat. Para tiran menginginkan agar mereka meninggalkan aqidah mereka dan murtad dari agama mereka. Tetapi mereka enggan dan tetap mempertahankan aqidah mereka. Kemudian para tiran itu menggali parit untuk mereka dan menyalakan api di dalam parit tersebut, lalu sekelompok orang beriman dimasukkan ke dalamnya hingga mati terbakar. Ini dilakukan dihadapan orang-orang yang telah dikumpulkan oleh para tiran agar mereka menyaksikan kematian kelompok mukmin dengan cara yang keji itu. Juga agar para tiran bersenang-senang dengan pemandangan tersebut.
Surat ini mengaitkan antara lain dan apa yang ada padanya berupa gugusan bintang yang sangat besar, hari yang dijanjikan, berikut berbagai peristiwanya yang sangat dahsyat, himpunan manusia yang menyaksikannya dan berbagai peristiwa yang disaksikan pada hari tersebut. Mengaitkan antara semua ini dengan peristiwa tersebut dan kutukan langit atas para pelakunya yang melampaui batas…

(Sumber Fii ZilaalilQur'an)

Kamis, 13 Oktober 2011

WAKTU DALAM KEHIDUPAN MUSLIM

WAKTU DALAM KEHIDUPAN MUSLIM
(Ringkasan Buku)
Bagian V
Tata Kehidupan Harian Seorang Muslim
Seorang muslim menginginkan manfaat dari umurnya, mengikuti tata kehidupan harian dalam Islam:
1.       Meninggalkan tempat tidur sejak fajar menyingsing atau paling lambat sebelum matahari terbit
2.       Melaksanakan shalat wajib (Shubuh) dan sunnah, memanjatkan yang mudah doa-doa pagi yang diajarkan Rasulullah
3.       Membaca Al Qur’an dengan khusyu’ dan berusaha memahaminya
4.       Sarapan yang sederhana sebelum berangkat kerja mencari rizki dan kehidupan. Bekerja keras dengan pekerjaan yang halal. Pekerjaan dunia bagi orang Islam adalah ibadah dan perjuangan bila disertai niat yang benar dan tidak lupa mengingat Rabbnya serta ditunaikan dengan rapi dan amanah.
5.       Berbakti kepada masyarakat, menolong anggota masyarakat dengan memudahkan urusannya yang dapat menjadi shadaqoh jariyah
6.       Shadaqoh jariyah ini merupakan kewajiban setiap muslim pada setiap harinya
7.       Shalat zhuhur di awal waktu dan berjamaah
8.       Makan siang dengan makana yang baik dan tidak berlebihan melampaui batas kesehatan dan batas yang diharamkan
9.       Bagi muslim di Negara iklim panas, sebagian menghajatkan istirahat siang hari dan malam harinya berjaga untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT, sehingga pagi harinya bangun tepat waktunya.
10.   Ketika waktu shalat Ashar tiba, muslim harus segera bangkit dari tempat tidurnya bila ia sedang istirahat atau dari hiruk pikuk pekerjaannya bila ia sedang bekerja, unutk mengerjakan shalat Ashar
11.   Manakala matahari tenggelam, muslim segera mendirikan shalat Magrib di awal waktu karena waktunya sangat sempit
12.   Setelah itu membaca do’a-do’a sore hari yang mudah
13.   Setelah makan malam sederhana, muslim segera mendirikan shalat Isya dan shalat sunnahnya dan mengakhirkan shalat witir hingga akhir malam, bila ia biasa melaksanakan shalat malam, kalau tidak ia dapat menunaikannya sebelum tidur.
14.   Sebelum tiba waktu tidur masih ada kesempatan untuk menunaikan hak dan kebutuhannya, seperti bertamu, bercakap-cakap dsb
15.   Bagi setiap muslim menyediakan sedikit waktu untuk membaca buku dan majalah atau bacaan lain yang bermanfaat bagi dirinya, agamanya, dan dunianya.
16.   Bukanlah dosa bagi seorang muslim untuk menghibur dirinya dengan permainan atau hiburan yang dihalalkan, yang tidak menyimpang dari keharusan beribadah kepada Alloh SWT, bahkan tidak keluar dari hak matanya untuk tidur, hak raganya untuk istirahat, hak keluarganyauntuk dilindungi, pekerjaannya untuk ditekuni, dan hak-hak lainnya
17.   Tidak baik seorang muslim begadang di waktu malam untuk hiburan bagi dirinya sehingga melanggar beberapa kewajibannya meskipun tidak disengaja
18.   Sepuluh hak atau kewajiban yang diperintahkan Alloh SWT: mengabdi kepada Alloh SWT, berbuat baik kepada ibu-bapak, memelihara hak karib kerabat, memenuhi hak orang yang lemah, hak suami istri, hak tuan atas hamba sahayanya

Bagian VI
Manusia Antara Kemarin Hari ini dan Esok
                Waktu dalam hidup manusia dibagi menjadi tiga bagian: kemarin, hari ini, dan esok. Manusia dibagi menjadi tiga kelompok: pengabdi masa lalu, pengagum masa kini, pemuja masa depan, dan yang serasi dan seimbang dengan memberikan haknya masing-masing.
1.       Hamba masa lalu
Di antara manusia ada yang hamper tidak tahu dan tidak mengerti waktu kecuali masa lalu, seperti hidup hanya pada hari kemarin saja. Gambaran hamba masa lalu sbb:
a.       Gambaran orang yang hidup dengan membangga-banggakan masa lalu dan membesar-besarkan kemuliannya tanpa mau menambah dengan hal yang baru sehingga terlihat hubungan yang erat masa lalu dan sekarang
b.      Gambaran para pewaris yang mengajak untuk menyucikan peninggalan masa lalu dengan segala kebenaran dan kesalahannya, kebaikan dan keburukannya, mereka beranggapan bahwa yang lalu selamanya lebih baik dari yang sekarang dan yang sekarang tidak mungkin lebih baik dari yang dahulu
c.       Gambaran orang yan hidup hanya dengan mengikut buta apa yang terjadi di masa lalu, dengan alas an takut meninggalkan warisan leluhur
d.      Gambaran orang yang hidup dengan menyesali apa yang telah lalu, meratapi apa yang apa yang telah ditinggalkan
2.       Para pengabdi masa depan
Golongan orang yang menggantungkan dirinya pada masa mendatang, berpaling dari apa yang terjadi di masa lalu, menolak sejarahnya dan sejarah umatnya, meninggalkan warisan-warisan kebudayaan, agama, dan kemajuan masa lalu.
3.       Pengagum-pengagum masa kini
Ada manusia yang tidka mau menengok kembali masa lalunya dan tidak mau melihat masa yang akan datang. Hidup hanya untuk hari ini saja.

Bagian VII
Pandangan Yang Benar Terhadap Waktu
Pandangan Islam yang benar tentang zaman sebagai bserikut:
1.       Keharusan menengok masa lalu
Mempelajari sejarah masa lalu berarti mengambil pelajaran dari kejadian-kejadiannya, menimba sejarah perjalanan umatnya, memperhatikan ketentuan Alloh yang terjadi atas mereka.
2.       Perhatian terhadap masa depan
Adalah keharusan untuk memperhatikan masa depan. Fitrah manusia terikat dengan masa yang akan dating, tidak dapat mengabaikannya atau meletakkannya di balik telinga. Ia diberi daya ingat untuk mengenang masa lalu dan diberi imajinasi untuk memandang masa depan dengan kemungkinan kejadiannya
3.       Perhatian terhadap saat ini
Seorang mukmin mesti menengok masa lalu untuk mengambil pelajaran, manfaat dan perhitungan serta memandang ke muka guna menyiapkan bekal atau persiapan hari esok, juga harus memfokuskan perhatian secara khusus pada masa yang sedang berlangsung untuk digunakan sebelum hilang dan berlalu.

Bagian VIII
Bagaimana Manusia Memanjangkan Umurnya
                Bagi Alloh SWT umur manusia yang sebenarnya adalah yang tertulis di dalam lembaran sejarah hidupnya dari amal shaleh atau perbuatan baik. Seseorang hanya dapat memanjangkan usianya dengan jalan memperbanyak amal ibadah kepada Alloh SWT, berbuat baik kepada sesama makhluk, ikhlash dan tekun dalam bekerja.
                Harga atau kedudukan seseorang ditentukan oleh banyaknya manfaat atau pengaruh dari perbuatannya dalam kehidupan orang lain, seperti:
1.       Menunjukkan manusia kea rah kebaikan, menolong dari kesengsaraan, membebaskan dari penganiayaan, menjaga dari musuh
2.       Dakwah kepada Alloh dan jihad di jalan-Nya menduduki tempat tertinggi di sisi Alloh SWT
“Barangsiapa mengajak pada kebaikan, maka baginya pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR Muslim dari Abu Hurairah)
3.       Keadilan para pemimpin dan penguasa, yang merupakan perlakuan baik terhadap sejumlah masyarakat, bahkan boleh jadi merupakan suatu bangsa atau ummat. Ini temasuk jihad melawan hawa nafsu dari berbuat aniaya atau sewenang-wenang.
“Sehari dari kehidupan seorang pemimpin yang adil lebih baik dari beribadah 60 tahun” (HR Thabrani)
4.       Manusia yang dapat mengerjakan projek besar dalam waktu singkat, seperti Rasulullah saw  yang telah menyelamatkan manusia dari alam kesesatan kepada kehidupan berbudaya tinggi, dalam jangka waktu 23 tahun
5.       Khulafaur Rasyidin dan para sahabat membuka dunia, menyebarkan Islam, mengajar bangsa-bangsa, mengangkat mereka dari budaya dan bahasa yang sesat, dalam waktu beberapa puluh tahun
6.       Umar bin Abdul Azis, memerintah kurang dari 2 tahun, mampu mengembalikan system pemerintahan ke jalan yang benar.

Bagian IX
Umur Kedua Bagi Manusia
                Orang yang dalam kehidupan di dunia mendapatkan taufik dan hidayah dalam memanfaatkan waktunya, maka setelah mati ia seolah-olah masih hidup. Hal itu terjadi bila ia mewariskan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh orang-orang sesudahnya, seperti:
1.       Ilmu pengetahuan
2.       Amal Shaleh
3.       Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang diteladani
4.       Lembaga yang memberikan hasil kepada mereka yang dating sesudahnya
5.       Keturunan yang shaleh dan berpendidikan yang dating sesudahnyayang meneruskan perjuangan hidup dan perilaku baiknya
“Apabila anak Adam meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendo’akannya.” (HR Muslim)
“Sesungguhnya yang diperoleh orang mukmin dari perbuatan dan kebaikannya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarluaskannya, anak shaleh yang ditinggalkannya, mushaf (Al Qur’an) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang didirikan bagi ibnu sabil, sungai yang dialirkannya, dan shadaqoh yang dikeluarkan dari hartanya semasa sehat dan hidupnya yang mendapatkannya setelah kematiannya.” (HR Ibnu Majah dan Baihaqi)
“Barang siapa yang membuat contohan yang baik, maka baginya pahala dan pahala orang-orang yang mengerjakannya hingga hari kiamat.” (HR Muslim)
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan….” (QS Yasin : 12)

Bagian X
Bencana-Bencana Waktu
Bencana yang dapat menghabiskan waktu seseorang dan memakan usianya jika ia tidak berhati-hati terhadap bahayanya, diantara bencana tersebut:
1.       Kelalaian
Merupakan penyakit yang selalu menimpa pikiran dan hati manusia manakala menghilangkan kesadarannya terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dan terhadap pertukaran siang dan malam, bahkan dapat menghilangkan perhatian terhadap arti dari segala sesuatu serta akibat dari semua kejadian. Ia melihatnya hanya sebagai gambaran bukan arti sesungguhnya, sebagai gejala bukan hakikat, hanya berbentuk kulit bukan isi.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al A’raf: 179)
2.       Menunda Pekerjaan
Menunda pekerjaan/kewajiban hari ini, mengandung bencana karena:
a.       Tidak ada jaminan untuk bisa hidup hingga besok
b.      Meskipun tidak dapat menjamin hidup hingga besok, tidak bebas juga dari gangguan-gangguan yang datang dengan tiba-tiba seperti kesibukan-kesibukan yang baru atau kecelakaan
c.       Sesungguhnya bagi tiap-tiap hari ada aktivitas dan bagi tiap-tiap saat ada kewajiban
d.      Sesungguhnya mengakhirkan pelaksanaan perintah dan menunda perbuatan baik menjadikan jiwa terbiasa meninggalkannya 
e.      Sesungguhnya bekerja merupakan kebutuhan utama/penting bagi hidup manusia, maka orang yang tidak bekerja tidak mempunyai hak untuk hidup
3.       Mencerca zaman
Melemparkan cacian terhadap zaman, mengeluh karena kejamnya zaman dan kerasnya kehidupan, sampai-sampai  sebagian orang menggambarkan zaman sebagai musuh yang ganas atau hakim yang zalim.
Ini semua akibat pandangan yagn dipaksakan, sebagai usaha individu atau masyarakat untuk membebaskan diri dari beban atau tanggung jawab yang merupakan akibat dari kesalahan mereka sendiri.
Wallahu a’lam